Jutaan orang di Eropa diprediksi tidak mampu membuat rumah mereka hangat saat musim dingin. Hal ini dikarenakan lonjakan harga gas dan listrik.
Mengutip CNN, Jumat (1/10/2021), penelitian terbaru yang dipimpin oleh profesor di Universitas Manchester Stefan Bouzarovski dengan ketua jaringan penelitian kemiskinan energi Engager, menemukan bahwa saat ini 80 juta rumah tangga di Eropa berupaya menjaga rumah mereka cukup hangat sebelum pandemi.
Artinya, sekarang dengan adanya pandemi dan kenaikan harga membuat lebih banyak rumah tangga terancam terputus jaringan listrik dan gas karena tidak dapat membayar tagihan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Inggris Krisis BBM, RI Kena Getahnya? |
Banyak warga Eropa yang rentan mengalami pemutusan jaringan gas dan listrik karena turunnya pendapatan sedangkan tagihan meningkat selama pandemi. Pekerja di sektor ritel, perhotelan, dan penerbangan sangat terpukul, bahkan banyak yang kehilangan pekerjaan.
"Sejak 2019 banyak yang telah berubah, tetapi lebih dari 12 juta rumah tangga (di Eropa) menunggak tagihan listrik mereka," kata Louise Sunderland, penasihat senior dan analis kebijakan di Regulatory Action Project, yang berfokus pada transisi energi bersih.
Selain itu Sunderland mengatakan bahwa pandemi memperburuk masalah sebab orang-orang menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, meningkatkan konsumsi energi mereka.
Pada saat yang sama, harga energi meningkat karena pemasok gas sedang berjuang untuk mengisi kembali stok yang terkuras oleh permintaan yang tinggi untuk pemanas musim dingin lalu dan penyejuk udara selama musim panas. Kelangkaan itu telah mendorong kenaikan harga.
Berlanjut ke halaman berikutnya.