China dan India, dua negara ekonomi terbesar di Asia kini sedang berusaha untuk menekan krisis energi yang kian memburuk. Di China, kekurangan energi listrik terjadi karena berbagai faktor, mulai dari kondisi pasca-pandemi hingga dorongan nasional untuk mengurangi emisi karbon. Akibatnya ratusan tambang batu bara tutup atau memangkas produksi awal tahun ini.
Dibatasinya kiriman batu bara dari Australia hingga faktor cuaca juga turut memperburuk krisis energi di sana. Hujan deras yang sebelumnya terjadi di Provinsi Shanxi dan Shaanxi menghambat produksi batu bara. Apalagi, dua provinsi tersebut merupakan pusat penambangan utama yang menyumbang hampir setengah dari total produksi batu bara di China.
Semakin sedikit produksi, harga batu bara termal yang digunakan untuk pembangkit listrik pun terus meningkat. Dikutip dari CNN, Rabu (13/10/2021), harga Futures melonjak 11% di Zhengzhou Commodity Exchange ke rekor baru hampir 1.508 yuan atau US$ 234, sekitar Rp 3,3 juta (kurs dolar Rp 14.217) per metrik ton pada Selasa (12/10) kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami memperkirakan krisis batu bara dan pasokan listrik China akan berlanjut hingga musim dingin," tulis analis Citi dalam laporan penelitiannya.
Dia menambahkan, masalah tersebut akan meningkatkan risiko terhadap kondisi ekonomi China dan global selama musim dingin mendatang, hingga mendorong harga energi lebih tinggi.
Sementara itu, pemerintah pusat India telah mendapatkan peringatan akan adanya potensi kekurangan batu bara termasuk di Ibu Kota India, New Delhi. Hal itu didorong oleh meningkatnya permintaan global namun tidak dibarengi dengan produksi yang cukup.
Pada akhir pekan, Menteri Delhi Arvind Kejriwal meminta pemerintah untuk mengalihkan pasokan batu bara dan gas ke utilitas yang memasok kebutuhan di ibukota. "Penting untuk mempertahankan listrik tidak terputus di Delhi, yang melayani instalasi strategis dan penting dari kepentingan nasional," kata dia.
Stok batu bara di sebagian besar pembangkit listrik India telah turun ke tingkat yang sangat rendah. Central Electricity Authority (CEA) mencatat ada sebanyak 61 dari 135 pembangkit listrik tenaga batu bara di ekonomi terbesar ketiga di Asia itu memiliki pasokan batubara selama dua hari, atau kurang. Stok batubara di 16 pembangkit listrik diantaranya telah turun ke nol.
Total stok bahan bakar di pembangkit listrik tenaga batu bara sekitar 7,2 juta metrik ton, diperkirakan cukup untuk empat hari, menurut data Kementerian Batubara. Badan tersebut menambahkan bahwa raksasa pertambangan milik pemerintah, Coal India memiliki stok lebih dari 40 juta metrik ton.
Simak juga Video: Wilayah Pesisir China Bersiap Kedatangan Siklon Tropis Kompasu