Keren! Lahan Eks Kartel Gurandil di Pongkor 'Disulap' Jadi Tempat Wisata

Alfi Kholisdinuka - detikFinance
Senin, 25 Okt 2021 14:31 WIB
Foto: Alfi Kholisdinuka/detikcom
Jakarta -

Sebuah lahan bekas kartel para Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) atau gurandil disulap menjadi tempat wisata. Kawasan tersebut terletak di Kampung Ciguha, Desa Bantar Karet, Kabupaten Bogor, tepatnya di Sungai Ciguha dekat pertambangan emas Antam Pongkor.

Kawasan itu disebut kartel, karena dulunya digunakan sebagai tempat berkumpulnya puluhan ribu gurandil atau penambang ilegal dari Sabang hingga Merauke. Bahkan, aktivitas yang tadinya hanya penambangan ilegal melebar jadi tempat masuknya peredaran narkoba hingga berkumpulnya maksiat.

Menurut Tokoh Masyarakat setempat Willy Suhendi, wajah peradaban di kawasan ini dulunya sudah hilang. Pasalnya, alam dan lingkungan menjadi rusak hingga kehidupan sosial masyarakat juga menjadi tidak beradab.

"Jadi di sini basis narkoba, di situ basis perempuan, di mana letak peradaban itu bisa ada. Maka dijuluki lah kartel, mau tidak mau kami terima. Di sini dijuluki sebagai kampung kartel," ungkap Willy yang juga Mantan Bos Gurandil kala itu.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan dalam satu hari saat itu tumpahan sianida yang digunakan oleh para gurandil untuk memisahkan material tanah dengan bebatuan yang mengandung emas bisa menghabiskan 1.600 kg. Hal itu membuat Sungai Ciguha juga tercemar dan tidak bisa digunakan.

"Karena air tersebut terkontaminasi dengan B3 yang disebut sianida, airnya bau menyengat, airnya hitam. Jadi kalau ada orang-orang yang suka kopi iseng misalnya, ambil gelas minum di air itu, seketika bisa langsung mati," sebutnya.

Oleh karenanya, pada tahun 2015, ia bersinergi dengan Unit Bisnis Pertambangan Emas (UPBE) Antam Pongkor dan stakeholder lainnya, mendukung pembubaran aktivitas penambangan ilegal itu, kemudian dilakukanlah normalisasi sungai. Di tahun 2020, program penyelamatan lingkungan aliran Sungai Ciguha digagas menjadi tempat wisata.

Selang setahun, Sungai Ciguha itu pun kini sudah berubah 360 derajat, dari hilangnya peradaban menjadi tempat munculnya peradaban baru yang bisa menjadi harapan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Untuk melihat hal itu, detikcom pun berkesempatan mendatangi langsung kawasan yang belum dibuka untuk umum ini.

Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik halaman kedua




(akd/hns)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork