Dihubungi terpisah, Pengamat Ekonomi Energi dan Pertambangan UGM Fahmy Radhi mengungkap kondisi saat ini masih menjadi dilema bagi pemerintah, apakah harus menaikkan BBM atau tidak ke depannya.
Menurutnya, jika harga minyak masih di kisaran US$ 100/barel, pemerintah masih bisa menahan beban menanggung kompensasi BBM.
"Kalau sudah di atas 100 itu bebannya semakin berat, jadi pemerintah harus menaikkan juga harga BBM tadi. Kalau tidak dinaikkan APBN akan semakin berat karena mestinya menanggung kompensasi kepada Pertamina. Nah sehingga APBN untuk kompensasi mengganti kepada Pertamina karena menjual BBM di bawah di bawah perekonomian bebannya jadi tinggi itu dampaknya kalau tidak dinaikkan," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi jika nantinya minyak naik di atas US$ 100/barel mau tidak mau pemerintah harus menaikkan BBM. Namun, harus dipilah mana yang harus dinaikkan. Menurutnya sekelas Pertamax harus dilepas saja untuk naik.
"Sementara harga BBM seperti Premium, Solar, Minyak tanah, itu jangan dinaikkan. Nah kalau Pertalite ini agak banci, Petamax nggak Premium nggak. Tetapi Pertalite itu jangan dinaikkan sama dengan Premium. Karena tujuannya waktu itu kan untuk jembatan migrasi dari Premium ke Pertamax melalui Pertalite kalau masih mengacu pada tujuan itu maka Pertalite jangan dinaikkan," tutupnya.
(ara/ara)