Jokowi ke Ahok cs: Impor Minyak Kita Terlalu Besar Sekali!

Jokowi ke Ahok cs: Impor Minyak Kita Terlalu Besar Sekali!

Trio Hamdani - detikFinance
Sabtu, 20 Nov 2021 12:15 WIB
Presiden Joko Widodo
Foto: Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung impor minyak yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) sangat besar. Hal itu disampaikannya di depan jajaran direksi dan komisaris perusahaan minyak dan gas milik negara tersebut.

Dalam pengarahan Jokowi, hadir pula Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Pengarahan tersebut digelar pada 16 November 2021 lalu yang diunggah di saluran YouTube Sekretariat Presiden hari ini.

Pertama, Jokowi mengatakan bahwa Indonesia sedang mendorong penggunaan kendaraan listrik dan kompor listrik. Hal itu akan membantu Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Goal besarnya adalah negara ini akan memperoleh keuntungan dalam bentuk neraca pembayaran kita, yang sudah berpuluh-puluh tahun kita tidak bisa menyelesaikan karena problem-nya impor minyak kita terlalu besar sekali," katanya dikutip Sabtu (20/11/2021).

Kondisi tersebut juga berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. Sebab, untuk impor, Pertamina membutuhkan dolar Amerika Serikat (AS) dalam jumlah yang sangat besar.

ADVERTISEMENT

"Itu mempengaruhi currency kita, mempengaruhi yang namanya kurs dolar kita, karena setiap dolar, Pertamina harus menyediakan, harus beli dolar di pasar dengan jumlah yang tidak kecil, besar sekali," jelasnya.

Atas dasar itu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu ingin Indonesia mendorong penggunaan mobil listrik maupun kompor listrik. Dengan demikian penggunaan bahan bakar minyak dapat berkurang.

"Tapi problem-nya di situ ada. Nah, itu tugas Bapak/Ibu, saudara-saudara sekalian untuk tahapannya seperti apa, mana yang bisa cepat, mana yang harus tahun depan, mana yang harus tahun depannya lagi," paparnya.

Jika masalah impor tersebut tidak dibereskan, lanjut Jokowi, maka sampai kapanpun keseimbangan neraca pembayaran Indonesia tidak akan membaik.

"Kalau ini nggak diselesaikan sampai kapanpun, neraca pembayaran kita nggak akan beres. Ini logika-logika yang kita semua harus mengerti hitung-hitungannya," tambahnya.

(toy/ara)

Hide Ads