Deretan Negara yang 'Guyur Minyak' Demi Turunkan Harga

Deretan Negara yang 'Guyur Minyak' Demi Turunkan Harga

Geordi Oswaldo - detikFinance
Rabu, 24 Nov 2021 11:11 WIB
Harga Minyak Mentah AS Di Bawah Nol, Pembeli Tidak Bayar Malah Ditawari Uang
Foto: DW (News)
Jakarta -

Sejumlah negara pengguna energi terbesar di dunia telah bergabung dengan upaya yang dipimpin Amerika Serikat (AS) untuk melepaskan sejumlah cadangan minyak strategis mereka.

Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meredam tingginya harga minyak mentah global dan membantu laju pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Melansir dari CNN, Rabu (24/11/2021), dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Gedung Putih AS, dikatakan bahwa China, Jepang, India, Korea Selatan dan Inggris akan bergabung dengan upaya pemulihan harga minyak global tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Badan Energi Internasional selaku organisasi yang memonitor pasokan minyak global, mengatakan menghormati keputusan yang dibuat oleh masing-masing negara tersebut.

"Cara terbaik untuk menanggapi tantangan dan keadaan spesifik yang mereka alami," kata Badan Energi Internasional dalam sebuah pernyataan.

ADVERTISEMENT

"Kami menyadari bahwa kenaikan harga minyak menempatkan beban pada konsumen dan telah menambah tekanan inflasi selama periode ketika pemulihan ekonomi tetap tidak merata dan menghadapi berbagai risiko," jelasnya lagi.

Dengan ini, Amerika Serikat akan merilis sekitar 50 juta barel dari cadangan minyak strategis miliknya, dan minyak-minyak mentah tersebut diperkirakan akan mencapai pasar pada bulan Desember mendatang.

Lalu bagaimana dengan negara lain yang ikut serta dalam upaya ini? Berikut sejumlah yang telah diketahui sejauh ini tentang apa yang dilakukan negara-negara lain:

India
India telah setuju untuk merilis 5 juta barel dalam jangka waktu tertentu dengan lima negara lainnya.

Diketahui bahwa, meski saat ini India juga tengah berupaya untuk menurunkan harga BBM di negaranya sendiri, namun negara tersebut tetap setuju untuk membagikan sejumlah cadangan minyak miliknya.

"India telah berulang kali menyatakan keprihatinan pada penyediaan minyak yang disesuaikan secara artifisial di bawah tingkat permintaan oleh negara-negara penghasil minyak, yang mengarah pada kenaikan harga dan konsekuensi pramugari negatif," kata pemerintah India dalam sebuah pernyataan.

Korea Selatan
Pemerintah Korea Selatan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa jumlah dan waktu pelepasan cadangan minyaknya akan diputuskan melalui konsultasi dengan negara-negara lain.

Namun dikatakan bahwa jumlah yang akan mereka keluarkan mirip dengan kasus kerja sama internasional sebelumnya. Sebelumnya saat krisis Libya pada tahun 2011 terjadi, Korea Selatan merilis hampir 3,5 juta barel atau sekitar 4% dari cadangan minyak negara itu.

"Pemerintah Korea Selatan memutuskan untuk berpartisipasi dalam proposal AS untuk melepaskan cadangan minyak setelah mempertimbangkan perlunya kerja sama internasional dengan kenaikan tajam baru dalam harga minyak internasional, pentingnya Aliansi (Korea Selatan), dan partisipasi dari negara-negara besar, "kata Kementerian Luar Negeri Korsel dalam sebuah pernyataan.

Lanjutkan membaca -->

Britania Raya
Di sisi lain, Pemerintah Inggris mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan meminta kepada perusahaan-perusahaan penghasil minyak untuk "secara sukarela melepaskan" cadangan minyak hingga 1,5 juta barel.

"Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, kami akan bekerja sama dengan mitra internasional kami untuk melakukan apa yang kami bisa untuk mendukung ekonomi global melalui transisi setelah pandemi," kata juru bicara pemerintah Inggris.

China
Diketahui kalau saat ini ekonomi terbesar kedua di dunia serta salah importir minyak terbesar itu memutuskan untuk ikut melepaskan sejumlah cadangan minyak strategis miliknya.

Seorang juru bicara untuk administrasi makanan nasional dan strategis China mengatakan bahwa Negeri Tirai Bambu ini akan melepaskan sejumlah minyak mentah mereka untuk saat ini.

Meski demikian juru tersebut menolak mengomentari apakah langkah itu menanggapi permintaan AS untuk bekerja bersama untuk mengatasi masalah pasokan minyak.

Jepang
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan kepada wartawan bahwa Negeri Sakura itu akan melakukan apa yang bisa mereka lakukan berdasarkan kolaborasi dengan sekutu.

Namun untuk saat ini, jumlah cadangan minyak mentah yang dapat dikeluarkan Jepang masih belum diketahui.

Hanya saja, menurut Administrasi Informasi Energi AS, Jepang memiliki 388 juta barel dari total saham minyak mentah strategis pada Juni 2020. Dikatakan sekitar 76% dari mereka adalah saham pemerintah dan sekitar 24% komersial.



Simak Video "Video: Kerugian Negara di Kasus Korupsi Minyak Mentah Capai Rp 285 T"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads