Pertamina Dorong Kepatuhan ESG Lewat Pengurangan Emisi Karbon

Jihaan Khoirunnissa - detikFinance
Jumat, 10 Des 2021 22:53 WIB
Foto: Pertamina
Jakarta -

Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero), Iman Rachman mengatakan pihaknya akan terus meningkatkan kepatuhan pada aspek Environment, Social, & Governance (ESG). Apalagi Pertamina dinilainya punya andil besar dalam memimpin transisi energi dan pengurangan emisi sektor energi.

"Pertamina telah mempersiapkan transisi energi melalui RJPP 2020-2024 dengan target menurunkan emisi karbon dioksida (CO2) sebesar 29% pada 2030,"ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (10/12/2021).

Pada Pertamina Energy Webinar, dia menjelaskan penerapan energi hijau dan berkelanjutan diterjemahkan Pertamina ke dalam 8 pilar transisi energi. Yakni meningkatkan spesifikasi kilang untuk menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan, dan pengembangan lebih lanjut bioenergi dalam bentuk biomassa dan bioetanol.

Selain itu juga mengoptimalkan potensi dan meningkatkan kapasitas panas bumi terpasang, pengembangan green hydrogen, mengambil peran strategis dalam produksi dan pengembangan ekosistem baterai di Indonesia, memperkuat gasifikasi terintegrasi, meningkatkan pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan serta Rendah Karbon untuk mengurangi jejak karbon serta pemanfaatan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) untuk memanfaatkan karbon bagi peningkatan produksi beberapa ladang minyak dan gas.

Terkait pemanfaatan CCUS, Iman menyebut Pertamina telah bekerja sama dengan ExxonMobil. Kerja sama tersebut telah ditandatangani pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Glasgow, Skotlandia pada Senin (1/11).

Sementara itu, Development Planner for Global CCS Projects ExxonMobil Low Carbon Solutions Company ExxonMobil, Stephen Jones menyambut baik kemitraan secara berkelanjutan dengan Pertamina. Dia berharap dapat bersinergi dalam peluang bisnis low carbon solutions di Indonesia.

"Bersama dengan Pertamina, kami berharap dapat mendukung tujuan pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi dan mengembangkan bisnis low carbon solutions di Indonesia. Indonesia memiliki potensi yang signifikan untuk penyebaran CCS skala besar, tidak hanya untuk memenuhi ambisi pengurangan emisinya sendiri tetapi juga dapat menjadi pemimpin yang menyediakan solusi CCS untuk Kawasan,"ucap Jones.

Di sisi lain, Manager of ESG Research - Sustainalytics, Jonathan Smith menjelaskan dalam penilaian ESG, transisi energi merupakan aspek penting dalam konteks mitigasi dampak perubahan iklim dan mitigasi risiko keuangan, serta merupakan peluang bisnis yang semakin menarik bagi investor di sektor energi global.

Menurutnya transisi sistem energi global penting. Namun di sisi lain tidak boleh mengorbankan kesejahteraan publik atau pembangunan berkelanjutan. Dia juga menyoroti pentingnya gagasan transisi yang adil bagi perusahaan minyak nasional yang biasanya menghasilkan pendapatan materiil bagi pemerintah.

"Isu-isu seperti ketahanan energi, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, serta tenaga kerja dan lapangan kerja termasuk pertimbangan yang relevan ketika memikirkan dan bertindak dalam transisi energi," terangnya.

Dijelaskannya, ada banyak kemajuan yang dicapai pada data ESG. Sehingga lebih berguna dan berwawasan luas. Tetapi karena urgensi menangani isu-isu ESG yang menjadi perhatian investor perusahaan dan pemerintah, maka masih diperlukan peningkatan kualitas data dan ratingnya.

Smith menyebut berdasarkan hasil penelitian Sustainalytics telah menjangkau lebih dari 20.000 perusahaan, termasuk seluruh rantai nilai energi mulai dari hulu ke hilir. Adapun untuk saat ini, perusahaan aktif dalam membantu emiten korporat mengintegrasikan keberlanjutan strategi dan modal proyek.

Sebagaimana diketahui, pada September 2021, Pertamina menerima ESG Risk Rating oleh Sustainalytics sebesar 28,1 dan dinilai berada pada risiko Medium dalam mengalami dampak keuangan material dari faktor-faktor ESG. Risk Rating ini mengalami perbaikan signifikan dari sebelumnya mencapai 41,6 (Severe Risk) pada Februari 2021.



Simak Video "Jokowi Bakal Tanya Pembiayaan Netral Karbon di KTT Bali"

(ega/dna)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork