Jakarta -
Menerangi seluruh wilayah Indonesia dengan listrik bukan pekerjaan yang mudah. Hal itu disebabkan wilayah yang luas, hingga lokasi susah dijangkau sehingga menyulitkan untuk memasang jaringan distribusi ke rumah masyarakat.
Meski begitu, bukan berarti tidak ada usaha yang dilakukan untuk membuat Indonesia terang benderang. Sampai saat ini PT PLN (Persero) terus berupaya melistriki berbagai pelosok Tanah Air, termasuk wilayah Timur seperti Papua.
Para pekerja PLN tidak jarang harus menembus hutan, pegunungan, tanah merah, lumpur, dan sebagainya demi membangun jaringan listrik di pelosok Indonesia. Berjalan melalui lumpur yang tingginya sepinggang sambil mengangkat tiang listrik di tengah hutan seakan sudah jadi makanan sehari-hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jangankan untuk mengaliri listrik, buat menjangkau lokasinya saja sudah susah. Kalau ke wilayah yang sulit dijangkau seperti itu, material untuk membangun pembangkit listrik dan jaringannya harus diangkut lewat udara, sudah tentu harganya jadi lebih mahal.
detikcom sudah pernah terjun langsung untuk melihat pegawai PLN melistriki pelosok Indonesia, salah satunya di Desa Bomopay Distrik Yaro dan Desa Parauto, Papua pada 2017. Dengan jarak sekitar 60 kilometer (km) dari pusat kota, PLN berhasil membawa listrik ke daerah tersebut.
Pernah juga detikcom melihat pegawai PLN yang melistriki wilayah Deiyai. Pekerja harus memanjat tiang-tiang setinggi kurang lebih 5 meter di tengah dinginnya pegunungan Papua.
Di tengah pegunungan Papua, pekerja PLN menancapkan tiang-tiang, membangun tower-tower, memasang kabel-kabel, dan masih banyak lagi perintilan lain untuk bisa mendistribusikan listrik kepada warga Papua.
Berkat dedikasi para pegawai PLN, wilayah Indonesia sampai pelosok perlahan mulai merasakan listrik secara 24 jam penuh. Kenikmatan itu merupakan salah satu penantian yang sudah bertahun-tahun ditunggu karena listrik adalah salah satu kunci kemajuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sebelum adanya listrik, rumah warga kebanyakan hanya memanfaatkan lampu teplok, obor, maupun lilin untuk penerangan rumah. Tentu saja penggunaan penerangan tersebut sangat tidak nyaman dan berbahaya karena tingginya risiko akan kebakaran.
Lanjut ke halaman berikutnya
Realisasi Rasio Elektrifikasi
Pemerintah terus berupaya memperluas akses masyarakat agar mendapatkan listrik secara merata. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan rasio elektrifikasi Indonesia bisa mencapai 100% pada 2022 mendatang.
Berdasarkan data terbaru Kementerian ESDM, pencapaian rasio elektrifikasi sebesar 99,40% di triwulan III-2021. Hal itu dibarengi dengan pertumbuhan kapasitas pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) yang cukup menjanjikan.
"Pada triwulan ketiga tahun ini, rasio elektrifikasi telah naik 0,3% menjadi 99,40%. Kami targetkan seluruh wilayah dan rumah tangga di Indonesia akan terlistriki 100% pada tahun depan," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangan tertulis.
Data Kementerian ESDM menunjukkan hanya Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang angka rasio elektrifikasinya di bawah 90%, sedangkan Provinsi Bali sudah memiliki rasio elektrifikasi 100%.
"Percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan akan jadi salah satu prioritas kami sejalan dengan peningkatan mutu pelayanan," jelasnya.
Guna menggenjot infrastruktur kelistrikan, pemerintah menargetkan adanya penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik EBT mencapai 20.923 MW hingga 2030 nanti. Salah satu capaian positif adalah adanya peningkatan kapasitas pembangkit listrik berbasis energi bersih tersebut.
"Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 1.469 MW dengan kenaikan rata-rata sebesar 4% per tahunnya," ungkap Agung.
Tambahan kapasitas pembangkit listrik EBT pada periode Januari-September 2021 sebesar 386 Mega Watt (MW). Salah satu faktor pendorong pertumbuhan pembangkit EBT melalui surya maupun air. "Makanya kami tengah fokus mendorong pemanfaatan PLTS, salah satunya melalui PLTS Atap," tegasnya.
Lebih rinci dijelaskan tambahan 386 MW ini berasal dari PLT Air Poso Peaker 2nd Expansion sebesar 130 Mega Watt (MW), 12 unit PLT Mikrohidro 71,26 MW, 2 unit PLT Panas Bumi 55 MW, PLT Bioenergi 19,5 MW, dan PLT Surya Atap 17,88 MW.
Melalui grafik pertumbuhan ini, pemerintah optimis bisa mencapai target bauran EBT sebesar 23% di tahun 2025. Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah adalah meningkatkan porsi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 yang lebih hijau yaitu 51,6%.
Simak Video "PLN Startup Day 2025: Jembatan Startup Wujudkan Energi Masa Depan"
[Gambas:Video 20detik]