Imbas Rusuh di Kazakhstan, Harga Bahan Bakar Nuklir Naik!

Imbas Rusuh di Kazakhstan, Harga Bahan Bakar Nuklir Naik!

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 07 Jan 2022 13:30 WIB
Protesters try to speak to riot police as they gather in the center of Almaty, Kazakhstan, Wednesday, Jan. 5, 2022. Demonstrators denouncing the doubling of prices for liquefied gas have clashed with police in Kazakhstans largest city and held protests in about a dozen other cities in the country. Local news reports said police dispersed a demonstration of about a thousand people Tuesday night in Almaty and that some demonstrators were detained. (AP Photo/Vladimir Tretyakov)
Foto: AP/Vladimir Tretyakov
Jakarta -

Kerusuhan yang terjadi di Kazakhstan ternyata menjalar pada masalah baru. Kondisi itu mendorong kenaikan harga uranium yang menjadi bahan bakar pembangkit listrik tenaga nuklir.

Kerusuhan sendiri awalnya dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar gas cair. Kemudian merambat pada persoalan ketidakpuasan pemerintah otoriter yang korup.

Melansir The Wall Street Journal, Jumat (7/1/2021), Kazakhstan sendiri merupakan produsen uranium terbesar di dunia. Guncangan yang terjadi di negara itu berpotensi mengekang produksi dan mendorong kenaikan harga uranium.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kerusuhan di Kazakhstan sudah berlangsung beberapa hari. Puluhan orang sudah tewas. Bahkan aliansi militer pimpinan Rusia turut diterjunkan untuk memadamkan kekacauan itu.

Pedagang dan perusahaan pertambangan Barat mengatakan aksi demo itu mungkin mempersulit pengangkutan pekerja dan peralatan ke lokasi tambang uranium. Sehingga akan sulit produksi dan mengekspor ke luar negeri.

ADVERTISEMENT

Kazakhstan sendiri tercatat menghasilkan sekitar 40% dari output uranium dunia. Negara ini menjualnya ke utilitas di AS dan negara-negara Barat lainnya, serta China.

Harga uranium sendiri telah melonjak sejak kerusuhan meletus pada hari Minggu kemarin di wilayah Mangistau barat Kazakhstan.

Untuk uranium yang diproses ringan yang dikenal sebagai U3O8 harganya sudah di atas US$ 46 per pon pada hari Kamis kemarin. Harga itu naik dari posisi hari sebelumnya di level US$ 45,25 per pon, dan jauh di atas level di awal tahun US$ 42 per pon.

Aksi protes juga mendorong harga minyak mentah naik. Kazakhstan sendiri juga merupakan anggota aliansi OPEC+ dan memproduksi sekitar 1,7 juta barel minyak per hari di bulan November.

Chevron Corp, yang memiliki 50% dari usaha patungan yang menjalankan ladang minyak Tengiz Kazakhstan, mengatakan telah memangkas produksi setelah protes terjadi.

"Operasi produksi terus berlanjut, namun ada penyesuaian sementara pada output karena logistik," kata juru bicara Chevron.

Kerusuhan juga dapat mempengaruhi pengiriman uranium jika tidak diselesaikan dengan cepat, kata para pedagang dan perusahaan pertambangan. Sebagian besar penambangan di Kazakhstan dilakukan melalui proses yang disebut pencucian in-situ yang membutuhkan pasokan pipa yang stabil ke sumur-sumur yang dibor di tanah, serta asam sulfat untuk memompa uranium ke permukaan.

(das/eds)

Hide Ads