Biaya proyek RDMP Balikpapan mengalami penurunan dari semula rencananya US$ 9 miliar menjadi US$ 7 miliar. Penghematan terjadi karena Pertamina tidak melakukan pembelian pada tiga peralatan. Artinya, terjadi penghematan sekitar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 28,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.200).
Nicke mengatakan, pihaknya telah melakukan re-engineering terhadap minyak yang akan diolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kita melakukan re-engineering lagi, kita lihat jenis crude yang diolah, jadi kita buka. Kita lakukan fleksibilitas dari crude yang digunakan, dan nantinya akan dicampur, diblending yang di Lawe-lawe, dekat sini kita bangun ada tangki crude. Nah itu adalah untuk kita bisa membeli dari semua sources, dari semua negara, kemudian kita blending, kita pilih kualitas yang bisa menghasilkan gross refinery margin yang baik," terangnya.
Terkait hal tersebut, dia mengatakan, bisa melakukan penghematan. Sebab, ada tiga peralatan yang tidak perlu dibeli.
Dia mengatakan, semua peralatan besar yang dibutuhkan untuk pengembangan Kilang Balikpapan sudah berada di lokasi proyek. Dia mengatakan, untuk reaktor akan terpasang pada Februari ini.
"Dan ternyata setelah kita buka jenis crude ini, kita bisa melakukan penghematan karena ada tiga equipment yang tidak perlu dibeli, tiga unit ini tidak perlu dibeli, dan ini bisa menurunkan capex. Dari yang awalnya US$ 9 billion, itu menjadi US$ 7 billion. Jadi ada penghematan US$ 2 billion dalam proyek ini," katanya.
"Iya, jadi nanti yang paling besar reaktor di akhir Februari ini akan kita install itu besar sekali. Dan tadi dilihat beberapa, ini di belakang kita, ini juga sudah terpasang. Dan di sepanjang ini juga tangki-tangkinya ini malah sudah mulai digunakan, karena tangki-tangki yang lama kan kita lakukan perbaikan, kita perbaiki supaya lebih baik, tangki yang baru ini sudah mulai dipakai," terangnya.
(acd/fdl)