Tahun lalu, muncul fenomena warga satu desa di Tuban, mendadak jadi miliarder setelah mendapat ganti rugi pembebasan lahan proyek kilang di kawasan tersebut. Namun, selang setahun ternyata warga tersebut banyak yang jatuh miskin hingga menjual hewan ternaknya untuk bertahan hidup.
Apa yang bisa dipelajari dari fenomena tersebut?
Merespons fenomena itu, Perencana Keuangan, Eko Endarto menyebut, ada yang salah dalam hal pengelolaan keuangan para warga. Dia bilang, pelajaran yang bisa diambil dari fenomena tersebut ialah, ketika menerima uang yang besar, butuh diimbangi dengan pengetahuan yang baik tentang bagaimana mengelola uang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengelola sedikit sama mengelola besar itu beda. Makin besar uang, berarti keinginan makin besar. Makanya ketika orang kemampuan yang besar, tetapi pengetahuannya kurang. Akibatnya seperti itu," ujar Eko saat dihubungi detikcom, Selasa (25/1/2022).
Senada dengan Eko, menurut Perencana Keuangan Andi Nugroho, dalam pengelolaan uang ini memang perlu pemahaman yang baik.
"Kesalahan dimana nya kita harus menanyakan dulu. Mereka ketika ganti rugi digunakan untuk apa. Kemudian, sejauh mana dia mengatur kelebihan uangnya tersebut," jelas Andi.
Belajar dari fenomena itu, ia mengajak masyarakat untuk sama-sama memahami, bahwa uang ganti rugi yang mereka terima merupakan pembayaran atas aset produktif berupa ladang hingga lahan pertanian yang sebelumnya merupakan sumber pendapatan warga.
Dari sana, seharusnya, warga menggunakan uang ganti rugi itu untuk membeli aset produktif yang bisa menggantikan aset sebelumnya yang hilang, bukan malah digunakan untuk keperluan konsumtif seperti membeli mobil mewah.
"Misalnya mau buat asumsi dulu uangnya dibelikan mobil, kemudian untuk renovasi rumah. Untuk itu kan berarti mata pencaharian mereka, ladang mereka digunakan untuk keperluan konsumtif. Makanya, berarti sumber penghasilan mereka sudah hilang," kata Andi.
Ia kembali mengingatkan, agar fenomena di atas bisa menjadi pelajaran bersama. Warga yang memperoleh uang ganti rugi, sebaiknya mengutamakan penggunaan uang itu untuk membeli aset produktif lain agar sumber pendapatan mereka tidak hilang.
"Kalau gitu berarti memang ada kesalahan dalam pengelolaannya, yaitu dari penghasilan mendadak yang mereka terima. Dimana itu adalah mata pencaharian mereka dibelikan untuk keperluan konsumtif, sehingga mereka tidak menghasilkan sumber penghasilan yang baru. Maka benar bisa dikatakan ada kesalahan dalam pengelolaan uang mereka," tutup Andi.
(dna/dna)