3 Fakta Rencana RI Pensiunkan 5,5 GW PLTU

3 Fakta Rencana RI Pensiunkan 5,5 GW PLTU

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 09 Feb 2022 21:00 WIB
Pusat Listrik Tenaga Uap Paiton, di Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (30/5). Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PJB unit 1 dan 2 dibentuk pada tahun 1993 berkapasitas 2x400 Mega Volt. Mampu memproduksi energi listrik rata-rata 4.924 Gwh pertahun yang disalurkan melalui Jaringan Transmisi Tegangan Tinggi 500kv ke sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali.  File/detikFoto.
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memastikan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi. Salah satunya dengan menghentikan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang bahan bakarnya berasal dari batu bara.

Berikut 3 faktanya:

1. 5,5 GW PLTU Dipensiunkan

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Luhut menegaskan bahwa target pemerintah adalah menghentikan operasional PLTU sebanyak 5,5 gigawatt (GW) yang akan dicapai pada 2030 mendatang.

"Untuk pembangkit batu bara total ada 5,5 GW bakal digantikan sebelum 2030," ucapnya dalam acara Mandiri Investment Forum 2022, Rabu (9/2/2022).

ADVERTISEMENT

Langkah mempensiunkan PLTU sebanyak 5,5 GW itu dilakukan seiring dengan meningkatkan energi baru terbarukan (EBT). Ditargetkan porsi pembangkit EBT bisa mencapai 51% dalam Rencana Usaha Penyediaan Listrik (RUPTL) 2021-2030.

"Porsi 51% akan semakin besar di periode 2030 hingga 2060," tambahnya.

2. Butuh Rp 122 T

Menurut perhitungan Luhut untuk mempensiunkan 5,5 GW PLTU tersebut dibutuhkan dukungan investasi sebesar US$ 8,58 miliar atau setara Rp 122,69 triliun (kurs rp 14.300).

"Untuk pembangkit batu bara total ada 5,5 GW yang akan dipensiunkan sebelum 2030. Itu membutuhkan investasi US$ 8,58 miliar," ucapnya.

Pemerintah sendiri telah menerbitkan berbagai kebijakan agar upaya penutupan PLTU itu berjalan lebih cepat. Salah satunya Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaran Nilai Ekonomi Karbo.

"Kami juga telah berdiskusi kepada para investor untuk mempensiunkan pembangkit listrik batu bara dan digantikan dengan energi terbarukan, demi mengurangi emisi," tuturnya.

3. Ancaman yang Lebih Ngeri

Luhut mengatakan ada tantangan yang lebih mengancam dari pandemi, yakni masalah perubahan iklim yang kini menjadi perhatian dunia.

"Omicron tidak hanya menjadi sumber ketidakpastian di 2022, kita tahu bahwa perubahan iklim semakin mengancam," tuturnya.

Luhut menegaskan bahwa temperatur dunia kian hari semakin memanas. Oleh karena itu dibutuhkan komitmen dari semua negara untuk mengurangi emisi karbon demi menekan laju kenaikan suhu bumi.

"Berdasarkan rekomendasi kita harus menjaga suhu agar tidak lebih dari 1,5 derajat celcius," tambahnya.

Indonesia, menurut Luhut sudah melakukan berbagai upaya. Salah satunya memastikan investasi yang ada harus ramah lingkungan dan memenuhi target net zero emission (NZE).

(das/eds)

Hide Ads