Transisi Energi Beban Berat, Luhut Tagih Bantuan Konkret Negara Maju

Transisi Energi Beban Berat, Luhut Tagih Bantuan Konkret Negara Maju

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 10 Feb 2022 10:40 WIB
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan
Luhut Binsar Pandjaitan/Foto: KEMENKO MARVES
Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyoroti beban berat di balik transisi energi. Isu transisi energi jadi salah satu topik utama yang bakal dibahas pada presidensi KTT G20 2022.

Menurut Luhut transisi energi ke sumber yang ramah lingkungan harus berkeadilan. Biaya untuk mencapai hal itu besar dan tentu menjadi beban berat bagi negara berkembang, bahkan negara miskin. Transisi energi harus seminimal mungkin memberikan dampak sosial ekonomi bagi masyarakat di setiap negara.

"Transisi energi haruslah berkeadilan. Biayanya besar tentu banyak negara miskin atau yang berkembang tidak mampu dan tidak mau membebani masyarakatnya. Apalagi di masa pandemi, beban berat. Transisi energi harus seminimal mungkin dampaknya kepada sosial ekonomi masyarakat," ungkap Luhut dalam peluncuran rangkaian Energy Transition Working Group (ETWG) G20, Kamis (10/2/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Luhut menegaskan perubahan-perubahan akan terjadi di tengah proses transisi energi, mulai dari struktur pekerjaan, skenario pembangunan, hingga orientasi bisnis. Agar semua pihak bisa bersiap pada perubahan itu, menurutnya negara-negara maju yang sudah siap melakukan transisi energi dapat membantu negara yang belum mampu.

"Kita mau yang berkeadilan, maka yang bebannya berat harus dibantu, (negara) yang siap jalan sendiri bisa bantu yang belum mampu," ujar Luhut.

ADVERTISEMENT

Dia menjelaskan Indonesia sudah memulai komitmen dan langkah untuk transisi energi, salah satunya dengan membangun ekosistem industri hijau. Sebuah kawasan industri hijau besar, kata Luhut, sedang dibangun di Kalimantan Utara.

Peran industri hijau digenjot. Cek halaman berikutnya.

Lihat juga Video: Buruh Singgung Presidensi G20 RI: Kami Bangga Sekaligus Miris!

[Gambas:Video 20detik]



Potensi Industri Hijau

Bagi Luhut untuk memaksimalkan potensi industri hijau tersebut, Indonesia perlu peran investasi dan kontribusi swasta. "Kami perlu peran investasi dan kontribusi dan sektor swasta, filantorpi," katanya.

Kini, Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya, menurut Luhut, sedang menanti undangan inovatif yang bisa merealisasikan komitmen pendanaan US$ 100 miliar per tahun dari negara maju ke berkembang untuk transisi energi. Dia pun menagih kesepakatan global alias global deal tersebut.

"Saya minta global deal dari masing-masing G20 leaders untuk bersama sepakati langkah konkret untuk percepatan transisi energi," tegas Luhut.

Sebagai informasi, rangkaian diskusi ETWG 2022 di Indonesia, ada tiga hal krusial yang bakal dibahas, mulai dari akses energi ramah lingkungan, teknologi ramah lingkungan, hingga masalah pendanaan untuk penggunaan energi ramah lingkungan.


Hide Ads