Harga minyak mentah Brent sebagai patokan dunia meroket hingga tembus US$ 100 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014. Harga minyak naik setelah Rusia menyerang Ukraina. Hal itu memperburuk kekhawatiran bahwa perang di Eropa dapat mengganggu pasokan energi global.
Rusia adalah produsen minyak terbesar kedua di dunia, menjual minyak mentahnya terutama ke kilang-kilang Eropa, dan merupakan penyedia gas alam terbesar ke Eropa, sedikitnya menyediakan sekitar 35% dari pasokannya.
Minyak mentah Brent naik menjadi US$ 103,78 per barel, tertinggi sejak 14 Agustus 2014, dan berada di US$ 103,18 per barel pada 0830 GMT, naik US$ 6,34 atau 6,5%. Demikian disadur detikcom dari Reuters, Kamis (24/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS pun melonjak US$ 5,48 atau 6% menjadi US$ 97,58 per barel, setelah naik ke US$ 98,46. Menjadikannya sebagai yang tertinggi sejak 11 Agustus 2014.
Harga minyak telah melonjak lebih dari US$ 20 per barel sejak awal 2022 di tengah kekhawatiran bahwa Amerika Serikat dan Eropa akan menjatuhkan sanksi pada sektor energi Rusia, sehingga dapat mengganggu pasokan.
Meskipun belum ada sanksi terhadap perdagangan energi, negara-negara barat dan Jepang pada Selasa ini menghukum Rusia dengan sanksi baru karena memerintahkan pasukan ke wilayah separatis di Ukraina Timur, dan mengancam akan melangkah lebih jauh jika Moskow melancarkan invasi ke tetangganya.
"Bukan hanya risiko geopolitik yang menjadi masalah, tetapi pasokan lebih lanjut," kata ekonom OCBC Howie Lee.
"Pasokan minyak Rusia akan hilang dalam semalam jika dihadapkan dengan sanksi ... dan OPEC tidak dapat memproduksi cukup cepat untuk menutupi lubang yang menganga ini," sambungnya.
Bersambung ke halaman sleanjutnya.
AS dan Iran telah terlibat dalam pembicaraan nuklir tidak langsung di Wina yang dapat mengarah pada penghapusan sanksi terhadap penjualan minyak Iran. Namun, anggota OPEC tertentu sudah berjuang untuk memenuhi target produksi saat ini.
Jepang dan Australia mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka siap untuk memanfaatkan cadangan minyak mereka, bersama dengan negara-negara anggota Badan Energi Internasional lainnya, jika pasokan global berkurang karena permusuhan di Ukraina.
"Sementara pemerintah Barat mungkin akan membebaskan transaksi energi dari sanksi, badai pembatasan baru akan memaksa banyak pedagang untuk sangat berhati-hati dalam menangani barel Rusia," kata analis dari Eurasia Group dalam sebuah catatan.
"Harga minyak mentah Brent kemungkinan akan naik di atas US$ 100 per barel sampai pasokan alternatif yang signifikan tersedia, misalnya kesepakatan nuklir Iran atau lebih banyak serpih AS," tambahnya.