Serangan Rusia ke Ukraina menyebabkan harga minyak mentah Brent sebagai patokan dunia tembus US$ 100 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014. Hal itu tidak mengherankan karena Rusia adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia.
Menyadur Forbes, Kamis (24/2/2022), menurut Tinjauan Statistik BP tahun 2021 tentang Energi Dunia, pada tahun 2020 Rusia memproduksi 10,1 juta barel per hari (BPD) minyak mentah dan kondensat gas alam. Catatan produksi itu menempatkan Rusia di urutan kedua di belakang Amerika Serikat (AS) dengan 11,3 juta BPD.
Namun, AS juga mengkonsumsi minyak jauh lebih banyak, yaitu 17,2 juta BPD daripada Rusia sebesar 3,2 juta BPD. Dengan kata lain, AS adalah pengimpor minyak mentah, sementara Rusia adalah pengekspor minyak mentah utama, bersama Arab Saudi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga akhir 2021, AS mengimpor 8,5 juta BPD minyak mentah dari berbagai negara, di mana Rusia berkontribusi 595.000 BPD. Dengan demikian, Rusia memasok 7% dari impor minyak mentah AS pada akhir 2021.
Diberitakan New York Times, invasi Rusia ke Ukraina dapat mengganggu pengiriman minyak Rusia ke Eropa dan diikuti oleh penurunan pembelian energi Rusia oleh Barat. Rusia sendiri memproduksi sekitar 10% dari pasokan minyak dunia.
Masalah utamanya adalah seberapa jauh negara Barat akan menerapkan sanksi yang dapat menghambat bisnis minyak Rusia. Menurut analis, negara-negara Barat mungkin mencoba menghindari untuk memukul ekspor minyak karena dampak potensial pada pasar energi dunia, terutama di Eropa.
Selain itu, sanksi dapat menimbulkan kesulitan bagi perusahaan minyak Barat yang berkepentingan di Rusia. Daftar aset tersebut sangat luas. Exxon Mobil adalah mitra di fasilitas minyak di Pulau Sakhalin di lepas pantai timur Rusia. BP memiliki hampir 20% saham di Rosneft, perusahaan minyak nasional Rusia.
Mengutip Reuters, minyak mentah Brent naik menjadi US$ 103,78 per barel, tertinggi sejak 14 Agustus 2014, dan berada di US$ 103,18 per barel pada 0830 GMT, naik US$ 6,34 atau 6,5%.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS pun melonjak US$ 5,48 atau 6% menjadi US$ 97,58 per barel, setelah naik ke US$ 98,46. Menjadikannya sebagai yang tertinggi sejak 11 Agustus 2014.
Harga minyak telah melonjak lebih dari US$ 20 per barel sejak awal 2022 di tengah kekhawatiran bahwa Amerika Serikat dan Eropa akan menjatuhkan sanksi pada sektor energi Rusia, sehingga dapat mengganggu pasokan.
(toy/dna)