Cadangan devisa internasional Moskow sekarang mencapai US$ 630 miliar atau sekitar Rp 9.040 triliun, tertinggi dari yang pernah ada. Ini menghasilkan dana perang yang sangat besar.
Tetapi kekuatan finansialnya telah sangat dibatasi oleh sanksi Barat yang diperkirakan para analis telah membekukan sekitar setengah dari aset tersebut. Sanksi tersebut memukul ekonomi Rusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, sanksi itu belum menargetkan kepada komoditas bahan energi secara langsung, sehingga pemerintah Barat sangat khawatir dengan melonjaknya harga energi.
Minyak adalah cerita lain. Sementara harga patokan minyak mentah Brent melonjak minggu ini, diperdagangkan sekitar US$ 115 per barel pada hari Jumat, minyak mentah Ural andalan Rusia ditawarkan dengan diskon US$ 18 per barel. Hal ini bagaikan menjadi sebuah tanda bahwa beberapa pembeli menghindari komoditas tersebut.
Bank dan pedagang takut terjebak dalam sanksi keuangan, dan perusahaan pelayaran dan asuransi khawatir tentang risiko kapal tanker di Laut Hitam. Selain itu, Eropa dapat membeli minyak dari tempat lain, hanya saja mengganti gas alam Rusia lebih sulit.
Simak Video 'Rusia Bombardir Wilayah Pinggiran Ibu Kota Kiev':
(hal/zlf)