Harga minyak dunia terus merangkak naik. Hal ini disebabkan oleh ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
Dari data Reuters, harga minyak Brent tercatat US$ 129,78 per barel atau naik 9,9%. Kemudian harga West Texas Intermediate (WTI) AS menjadi US$ 126,51 naik 9,4%.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengungkapkan jika kenaikan harga minyak ini akan mempengaruhi harga BBM dan LPG nonsubsidi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini akan berpengaruh langsung, karena kita sudah pakai harga pasar. Jadi kalau pasar naik, pasti ikut naik," kata dia saat dihubungi detikcom, Senin (7/3/2022).
Kemudian untuk LPG 80% di Indonesia sudah impor. Saat ini harga LPG acuannya menggunakan Contract Price Aramco (CPA). "Kalau CPA naik atau bahan baku LPG naik otomatis LPG di pasaran juga naik," ujar dia.
Komaidi mengungkapkan masyarakat harus bersiap-siap dengan kenaikan LPG. Apalagi dengan kemampuan fiskal pemerintah yang terbatas hal ini membuat beban pemerintah menjadi berat.
Lalu jika menggeser ke badan usaha secara jangka panjang tidak memungkinkan. Hal ini bisa membuat kerugian dan membahayakan.
Apa solusinya jika harga LPG naik? Cek halaman berikutnya.
Menurut dia solusinya beban harus dibagi rata mulai dari fiskal sampai kontribusi BUMN dan membagi beban ke konsumen.
"Harus ada edukasi juga, lebih awal atau lebih cepat lebih baik. Hal ini karena memang semuanya di luar dugaan, saya kira tak cuma di Indonesia saja efek ini," jelas dia.
Komaidi menambahkan jika dalam kondisi geopolitik ini pergerakan harga akan sulit untuk diprediksi karena dipicu oleh non fundamental dan faktor psikis di pasar.
Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengungkapkan jika saat ini Pertamina masih tetap memonitor pergerakan dan perkembangan harga minyak dunia.
"Untuk harga masih kami review," jelas dia.
(kil/ara)