Harga Minyak Dunia Melonjak, Produk & Jasa Ini Diprediksi Makin Mahal

Harga Minyak Dunia Melonjak, Produk & Jasa Ini Diprediksi Makin Mahal

Iffa Naila Safira Widyawati - detikFinance
Rabu, 09 Mar 2022 17:20 WIB
Ilustrasi sektor migas
Foto: Ilustrasi Migas (Fauzan Kamil/Infografis detikcom)
Jakarta -

Keputusan Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang resmi melarang impor migas dari Rusia berdampak pada kenaikan harga minyak dunia. Kondisi ini diprediksi bakal berdampak pada perekonomian Indonesia.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad memperkirakan ada beberapa produk di Indonesia yang ikut terkerek naik harganya imbas kenaikan harga minyak dunia. Pertama Indonesian Crude Price (ICP).

"Harga bahan bakar minyak di Indonesia menggunakan ICP atau Indonesian Crude Price. Nah, ICP ini juga correlated dengan harga minyak dunia. Jadi kalau harga minyak dunia naik, ICP juga naik," kata Tauhid saat dihubungi detikcom, Rabu (9/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Tauhid, harga ICP yang meningkat akan membuat harga BBM di Indonesia ikut mengalami kenaikan. Sebab ICP merupakan harga rata-rata minyak mentah Indonesia di pasar internasional.

"Nah, itu pasti akan harganya semakin tinggi ke depan bisa saja oleh Pertamina BUMN akan dinaikkan lagi. Tentu saja nanti pertumbuhan daya beli masyarakat akan semakin tertekan," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Selain itu imbasnya juga diperkirakan akan berpengaruh ke tarif listrik. Sebab masih banyak pembangkit listrik yang menggunakan mesin diesel yang membutuhkan bahan bakar minyak.

Harga minyak yang meningkat juga akan ikut mengerek harga-harga komoditas, salah satunya batu bara. Lagi-lagi masih banyak pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Indonesia yang membutuhkan bahan bakar batu bara.

Tauhid juga memperkirakan harga gas subsidi LPG 3 kg juga ikut meningkat.

Tak sampai di situ saja, kenaikan biaya-biaya bahan bakar minyak dan gas serta listrik akan meningkatkan biaya-biaya di sektor jasa. Misalnya biaya transportasi, logistik hingga sederet biaya rumah tangga. Ujungnya inflasi akan terkerek.

"Ya termasuk misalnya untuk bahan bakar gas di untuk UMKM dan lain sebagainya itu akan meningkat. Dengan sendirinya inflasi akan meningkat tajam gitu," terangnya.

Sepaham dengan Tauhid, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy menilai keputusan Joe Biden ini kemungkinan akan berimbas pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang semakin meningkat, terutama untuk subsidi.

"Akibat sentimen konflik Rusia-Ukraina ini memang akan mendorong nilai impor minyak dan gas kita menjadi sedikit lebih tinggi. Tetapi kalau kita lihat dari sisi lain, sebenarnya kan sentimen ini juga membuat kenaikan harga energi terjadi seperti di batu bara kemudian CPO dan nikel," jelasnya.

Alhasil, APBN yang mungkin akan terbebani belanja subsidi BBM, juga akan diimbangi dengan kenaikan pendapatan dari sisi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berkat kenaikan harga-harga komoditas seperti batu bara, CPO, dan nikel.




(das/das)

Hide Ads