Ada Campur Tangan Arab di Balik Turunnya Harga Minyak

Ada Campur Tangan Arab di Balik Turunnya Harga Minyak

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Jumat, 11 Mar 2022 10:47 WIB
Harga Minyak Jatuh, Laba Perusahaan Migas Anjlok
Ilustrasi/Foto: BBC
Jakarta -

Harga minyak dunia sedikit mereda setelah menembus US$ 130 per barel. Hal itu terjadi karena peran dari Uni Emirat Arab (UEA).

Diktuip dari CNN, Jumat (11/3/2022), Duta Besar UEA untuk AS, Yousef Al Otaiba mengatakan bahwa negara itu ingin meningkatkan produksi minyak dan akan mendorong Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) untuk meningkatkan pasokan.

Komentar Otaiba membuat harga minyak turun pada hari Rabu. Harga minyak AS turun 12% menjadi kurang dari US$ 109 per barel. Minyak mentah Brent sebagai patokan global turun 13% menjadi US$ 111 per barel. Ini menandai penurunan satu hari paling tajam dalam hampir dua tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika UEA meyakinkan mitranya, maka akan terjadi perubahan haluan di mana minggu lalu OPEC+ tetap dengan rencana secara bertahap menambah pasokan minyak ke pasar, yang berlawanan negara maju untuk berbuat lebih banyak demi menekan harga minyak. Masalahnya juga, Rusia adalah bagian dari kelompok itu.

Rabu lalu, OPEC+ mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari pada April di mana sebagian kecil dari produksi minyak mentah Rusia 10 juta barel per hari. Mereka menyebut pasar 'seimbang', meskipun harga minyak telah melonjak 30% dalam dua minggu terakhir

ADVERTISEMENT

Pemerintahan Joe Biden melarang impor minyak mentah dan gas alam Rusia pada Selasa, tetapi Eropa yang menerima lebih banyak energi Rusia daripada AS belum menerapkannya. Namun, sanksi terhadap bank Rusia dan kekhawatiran tentang kemampuan untuk mengirimkan minyaknya telah menyebabkan larangan bayangan pada industri energi negara itu. Secara drastis mengurangi jumlah minyak Rusia yang dipasok ke pasar global.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Simak Video: Pasar Saham Asia Anjlok Imbas Serangan Rusia ke Ukraina

[Gambas:Video 20detik]



Barat berharap dapat menambah minyak dari sumber lain, termasuk dari anggota OPEC Iran dan Venezuela. Sebelum sanksi diterapkan pada Iran, Iran memproduksi sekitar 4 juta barel per hari. Namun kembalinya AS ke kesepakatan nuklir dengan negara itu terbukti sulit dipahami.

AS juga telah memulai diskusi dengan Venezuela, yang minyak mentahnya dikenai sanksi pada 2019. Tetapi negara Amerika Selatan yang secara ekonomi lumpuh itu tidak memproduksi banyak minyak bahkan sebelum larangan itu.

OPEC sebaliknya, memiliki kemampuan untuk meningkatkan pasokan dengan cepat karena Arab Saudi dan UEA memiliki kapasitas produksi cadangan.

"Kami mendukung peningkatan produksi dan akan mendorong OPEC untuk mempertimbangkan tingkat produksi yang lebih tinggi," kata Otaiba.

Kementerian Energi UEA belum merilis pernyataan, tetapi komentar Otaiba kemudian dicuit oleh kedutaan negara itu di AS. Ini menandai petunjuk pertama bahwa negara OPEC mungkin bersedia menjaga harga minyak agar tidak naik di luar kendali.

"UEA telah menjadi pemasok energi yang andal dan bertanggung jawab ke pasar global selama lebih dari 50 tahun," kata Otaiba.

"Dan percaya bahwa stabilitas di pasar energi sangat penting bagi ekonomi global," tambahnya.


Hide Ads