Ramalan Ngeri Goldman Sachs: Dunia Akan Hadapi Krisis Energi Terburuk

Ramalan Ngeri Goldman Sachs: Dunia Akan Hadapi Krisis Energi Terburuk

Kholida Qothrunnada - detikFinance
Jumat, 11 Mar 2022 18:30 WIB
Harga Minyak Dunia Anjlok
Foto: Reuters
Jakarta -

Invasi Rusia ke Ukraina dan berbagai sanksi yang diberikan negara-negara Barat kepada Rusia telah memberikan dampak bagi perekonomian dunia. Termasuk ancaman krisis energi yang luar biasa.

Ahli Strategi Goldman Sachs dalam laporannya menyebutkan, adanya ketidakpastian dalam konflik Rusia-Ukraina akan berdampak pada krisis pasokan minyak dunia

"Ketidakpastian tentang bagaimana konflik ini dan kekurangan minyak akan diselesaikan belum pernah terjadi sebelumnya," tulis laporan Goldman Sachs dikutip detikcom dari CNN Business, Jumat (11/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan larangan impor minyak Rusia pada Selasa lalu. Langkah serupa juga disusul Inggris yang akan berjanji menghapus impor minyak Rusia pada akhir tahun ini.

"Mengingat peran kunci Rusia dalam pasokan energi dan ekonomi global, bisa dihadapkan pada salah satu krisis pasokan energi terbesar yang pernah ada," jelas Goldman Sachs.

ADVERTISEMENT

Rystad Energy memprediksi negara-negara Barat lainnya juga, akan mengikuti jejak AS yang melarang impor minyak Rusia secara besar-besaran. Sehingga, harga minyak mentah akan bisa meroket hingga US$ 240 per barel musim panas ini.

Goldman Sachs mengatakan krisis Rusia-Ukraina bisa melumpuhkan setidaknya 3 juta barel per hari ekspor minyak dan produk minyak Rusia melalui laut. Jika berkelanjutan, maka kondisi ini akan menjadi krisis kelima terbesar sejak Perang Dunia II, setelah insiden Embargo Minyak Arab di tahun 1973, perang Iran-Irak pada 1980 dan perang Irak-Kuwait pada tahun 1990.

Masalahnya, sejauh ini belum ada yang bisa mengimbangi pasokan minyak Rusia. Bahkan, setelah rilis cadangan minyak darurat pun, produksi minyak akan lebih tinggi dari perusahaan organisasi negara pengekspor minyak bumi dunia Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).

Lanjut halaman berikutnya tentang ramalan Goldman Sachs soal krisis energi.

Goldman Sachs menilai pasar minyak dunia masih belum akan stabil. Artinya, dunia nantinya akan dipaksa untuk menggunakan minyak lebih sedikit. Goldman Sachs juga memperkirakan harga Brent menjadi US$ 135, di mana jumlah tersebut naik dari US$ 98 sebelumnya.

"Rentang kemungkinan hasil tetap ekstrem, mengingat ancaman lonjakan harga minyak yang mewakili ekonomi global," tulis ahli strategi Goldman Sachs.

Bagaimana dengan perusahaan minyak AS?

Produksi minyak AS diperkirakan akan naik secara signifikan. Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mengatakan produksi minyak AS diperkirakan akan naik ke rata-rata 12 juta barel per hari pada tahun ini.

Angka Itu konsisten dengan perkiraan EIA sebelumnya pada Februari, di mana sebelum harga minyak melonjak ke level tertinggi sejak 2008.

Namun, EIA secara signifikan menaikkan perkiraan untuk produksi minyak AS pada 2023, dengan rata-rata 13 juta barel, naik dari perkiraan sebelumnya 12,6 juta. Rekor tahunan untuk produksi minyak AS juga ditetapkan pada 2019, ketika minyak 12,3 juta barel diproduksi setiap hari.

Simak Video: Negara Lain Harga Minyak Naik, Jokowi: Di Sini Masih Tahan-tahan

[Gambas:Video 20detik]




Hide Ads