'Harta Karun' Energi RI Melimpah, Pemanfaatannya Gimana?

'Harta Karun' Energi RI Melimpah, Pemanfaatannya Gimana?

Aldiansyah Nurrahman - detikFinance
Selasa, 22 Mar 2022 16:32 WIB
Petugas memeriksa fasilitas produksi energi panas bumi yang dioperasikan oleh PT Pertamina Geothermal Energy Area Ulubelu, Lampung, Senin, (14/12/2015). Fasilitas produksi energi panas bumi Ulubelu, Lampung, yang telah beroperasi secara komersial sejak tahun 2012 mampu menyuplai kebutuhan listrik sebesar 110 MegaWatt.
Panas Bumi/Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Pertamina Geothermal Energy (PGE) mengatakan tak satu pun perusahaan yang akan mampu menghadapi persoalan-persoalan besar seperti pemanasan global dan dekarbonisasi sendirian.

PGE sebagai bagian dari Subholding Pertamina Power & New Renewable Energy (PNRE) membuka peluang kerja sama pengembangan pembangkit panas bumi dengan pihak lain.

"Untuk menyelesaikan isu-isu besar seperti pemanasan global dan dekarbonisasi diperlukan jaringan (networking) dan kemitraan," kata Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ahmad Yuniarto, dalam keterangan tertulis, Jumat (22/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yuniarto kemudian menyebut tiga area di mana kemitraan bisa dilakukan, yakni Co-generation, Co-production, dan Co-development. Pembangkitan bersama bisa dilakukan melalui optimalisasi uap air panas (Steam n Brines to green power ) guna melahirkan listrik ramah lingkungan (green electricity).

Selain itu, kata Yuniarto, ada empat bidang yang bisa dikerjakan bersama-sama di Co-production, yaitu pemanfaatan CO2 untuk bahan bakar alternatif; ekstraksi nano material yaitu dengan pemanfaatan kandungan berharga di fluida panas bumi (rare earth element), green hidrogen sebagai bahan bakar masa depan yang ramah lingkungan, dan green metanol.

ADVERTISEMENT

Pengembangan bersama di Co-development bisa dilakukan untuk membangun geo-eco tourism, dan geo-agro industry. "Pada prinsipnya, operasi PGE harus efisien, termasuk dalam memanfaatkan waste," ujar Yuniarto.

Menurutnya, Indonesia memang harus memanfaatkan secara optimal karunia Tuhan kepada negeri ini dalam bentuk cadangan panas bumi yang besar. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, saat ini Indonesia memiliki cadangan panas bumi sebesar 23,7 GW.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Lihat juga Video: Jokowi: Transisi Energi Akan Mengubah Pekerjaan Hingga Orientasi Bisnis

[Gambas:Video 20detik]



Berdasarkan data ThinkGeoEnergy 2022, kapasitas terpasang pembangkit panas bumi di seluruh dunia mencapai 15.854 MW. Indonesia dengan kapasitas pembangkit sebesar 2.276 MW pada 2021 merupakan negara dengan kapasitas pembangkit terbesar kedua setelah Amerika Serikat sebesar 3.722 MW. Indonesia sudah melampaui Filipina sebesar 1.918 MW.

Yuniarto menambahkan, syarat kemitraan strategis ini harus bisa memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak, serta mampu menciptakan nilai tambah bagi bumi, dunia, dan masa depan yang lebih baik.

Dijelaskan Yuniarto, dalam menjalankan bisnisnya, PGE terus berkomitmen untuk pengembangan panas bumi dan memastikan implementasi Environment, Social, and Governance (ESG) menjadi bagian terintegrasi dari bisnis panas bumi PGE.

Penerapan aspek-aspek ESG ini merupakan upaya dalam memberikan nilai tambah serta dukungan PGE pada program pemerintah terkait pemanfaatan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan khususnya panas bumi.

Indonesia sudah mencanangkan Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat dari itu. Selain itu, Pemerintah juga menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen pada 2030, dan target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025.

Komitmen PGE dalam pengembangan energi panas bumi dapat berkontribusi dalam mencapai target pembangunan berkelanjutan goals ke 7 (energi bersih dan terjangkau),goals 12 (konstruksi dan produksi yang bertanggungjawab), goals 13 (penanganan perubahan iklim), dan goals 15 (ekosistem darat) pada SDGs (Sustainable Development Goals).


Hide Ads