Pertamina Geothermal Energy (PGE) mengatakan tak satu pun perusahaan yang akan mampu menghadapi persoalan-persoalan besar seperti pemanasan global dan dekarbonisasi sendirian.
PGE sebagai bagian dari Subholding Pertamina Power & New Renewable Energy (PNRE) membuka peluang kerja sama pengembangan pembangkit panas bumi dengan pihak lain.
"Untuk menyelesaikan isu-isu besar seperti pemanasan global dan dekarbonisasi diperlukan jaringan (networking) dan kemitraan," kata Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ahmad Yuniarto, dalam keterangan tertulis, Jumat (22/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yuniarto kemudian menyebut tiga area di mana kemitraan bisa dilakukan, yakni Co-generation, Co-production, dan Co-development. Pembangkitan bersama bisa dilakukan melalui optimalisasi uap air panas (Steam n Brines to green power ) guna melahirkan listrik ramah lingkungan (green electricity).
Selain itu, kata Yuniarto, ada empat bidang yang bisa dikerjakan bersama-sama di Co-production, yaitu pemanfaatan CO2 untuk bahan bakar alternatif; ekstraksi nano material yaitu dengan pemanfaatan kandungan berharga di fluida panas bumi (rare earth element), green hidrogen sebagai bahan bakar masa depan yang ramah lingkungan, dan green metanol.
Pengembangan bersama di Co-development bisa dilakukan untuk membangun geo-eco tourism, dan geo-agro industry. "Pada prinsipnya, operasi PGE harus efisien, termasuk dalam memanfaatkan waste," ujar Yuniarto.
Menurutnya, Indonesia memang harus memanfaatkan secara optimal karunia Tuhan kepada negeri ini dalam bentuk cadangan panas bumi yang besar. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, saat ini Indonesia memiliki cadangan panas bumi sebesar 23,7 GW.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Lihat juga Video: Jokowi: Transisi Energi Akan Mengubah Pekerjaan Hingga Orientasi Bisnis