Menteri ESDM Sebut Program Dedieselisasi PLN Kunci Target NZE di 2060

Menteri ESDM Sebut Program Dedieselisasi PLN Kunci Target NZE di 2060

Nada Zeitalini - detikFinance
Rabu, 23 Mar 2022 21:16 WIB
PLN
Foto: PLN
Jakarta -

Dalam mengurangi emisi karbon dan meningkatkan energi bersih, PT PLN (Persero) melakukan program dedieselisasi atau konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT), pembangkit gas, dan integrasi dengan grid nasional.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan program dedieselisasi ini menjadi kunci dalam peta jalan yang telah disusun oleh Kementerian ESDM untuk menekan emisi gas rumah kaca (GRK). Hal ini dilakukan untuk mencapai target Net Zero Emission tahun 2060 mendatang.

Hal itu disampaikan langsung olehnya dalam sambutan International Seminar 'Renewable Energy Technology as Driver for Indonesia's de-dieselization' sebagai rangkaian pertemuan Energy Transition Working Group (ETWG), di Yogyakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Program dedieselisasi ini menjadi langkah kecil dari PLN, tetapi akan menjadi lompatan besar bagi pencapaian target pemerintah menuju NZE 2060," ujar Arifin dalam keterangan tertulis, Rabu (23/3/2022).

Dalam kesempatan tersebut, Arifin mengapresiasi 3 skema yang telah disiapkan PLN dalam melaksanakan program dedieselisasi. Terutama skema integrasi sistem yang sebelumnya ditopang oleh PLTD ke dalam sistem kelistrikan utama PLN.

ADVERTISEMENT

"Saya punya mimpi, bagaimana Indonesia membangun transmisi untuk menghubungkan setiap pulau yang ada. Sehingga listrik dapat menjadi pemersatu bangsa, tentunya dengan sumber EBT," tuturnya.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Pahala N. Mansyuri juga menilai program dedieselisasi sangat penting untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-5 di dunia pada 2045. Untuk mencapai visi tersebut, Indonesia harus mampu meningkatkan suplai energi dengan tetap memenuhi target dekarbonisasi yang dicanangkan.

"Bagaimana kita harus tetap melanjutkan pertumbuhan secara berkelanjutan. Dedieselisasi akan menunjukkan bagaimana Indonesia mampu meningkatkan kapabiltas energi nasional secara berkelanjutan," tutur Pahala.

Di sisi lain, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyebutkan di tengah kenaikan harga minyak dunia, transisi energi dari energi berbasis impor ke energi domestik menjadi langkah strategis yang harus segera dilakukan. Selain bisa menekan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM), program ini juga bisa menghemat devisa negara. PLN mengonversi sekitar 5.200 PLTD yang saat ini masih beroperasi di berbagai wilayah di Indonesia termasuk kawasan daerah terpencil.

"PLN terus berkomitmen untuk melakukan transisi energi bersih di Tanah Air sebagai upaya menciptakan masa depan yang lebih baik. Selain itu, ini juga menjadi dukungan terhadap komitmen Indonesia sebagai tuan rumah KTT G20 untuk mewujudkan net zero emission pada 2060," kata Darmawan.

Baca Selanjutnya >>>

Saat ini PLN sedang membuka lelang pengerjaan mengganti PLTD menjadi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan baterai. PLN akan mengkonversi sampai dengan 250 megawatt (MW) PLTD yang tersebar di sejumlah lokasi di Indonesia.

"Jadi teknologi mana yang paling andal dan efisien yang paling bagus. Jadi itu yang menang. Ini membangun inovasi," ujar Darmawan.

Dalam tahap dua, PLN akan mengkonversi PLTD sisanya sekitar 338 MW dengan pembangkit EBT lainnya, sesuai dengan sumber daya alam yang menjadi unggulan di daerah tersebut. Darmawan menjelaskan targetnya proyek ini akan rampung pada 2026 mendatang.

"Program dedieselisasi ini bisa menghemat 67 ribu kilo liter BBM. Selain itu, pengurangan emisi yang dicapai bisa mencapai 0,3 juta metrik ton CO2 dan meningkatkan 0,15% bauran energi," terangnya.

Ia meyakini biaya produksi pembangkit EBT di Indonesia bakal semakin kompetitif dibandingkan dengan pembangkit fosil. Hal ini bisa dilihat dari terus turunnya harga PLTS dan baterai.

Pada tahun 2015 harga PLTS dipatok $25 sen per kilowatthour (kWh). Namun saat ini, harga PLTS mampu ditekan berkisar $5,8 sen per kWh, bahkan dengan tren saat ini dapat turun di bawah $4 sen per kWh.

Sedangkan untuk baterai hari ini harganya mencapai $13 sen per kWh yang dulunya sempat di angka $50 sen per kWh. Ini menunjukkan penurunan biaya hampir 80%.

"Perkembangan teknologi dan inovasi mampu menekan mengurangi harga dari pembangkit EBT. Ini menjawab dilema antara energi bersih tapi mahal atau energi kotor tapi murah. Ini bisa dijawab, bahwa dalam kurun waktu energi bersih dan murah bisa dicapai," tegas Darmawan.

Bekerja sama dengan PT Perusahaan Gas Negara (PGN), PLN melakukan konversi 33 PLTD menjadi berbasis gas, khususnya di wilayah terpencil.


Hide Ads