Sampai Kapan Pertamina Tahan Harga Pertamax Rp 9.000?

Sampai Kapan Pertamina Tahan Harga Pertamax Rp 9.000?

Trio Hamdani - detikFinance
Selasa, 29 Mar 2022 19:00 WIB
Pihak PT Pertamina (Persero) sedang mengkaji terkait kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Pertamax. Nantinya, harga BBM RON 92 itu bakal mengalami kenaikan.
Foto: Grandyos Zafna

Fahmy menjelaskan bahwa harga minyak dunia telah menyentuh di atas US$ 100/barel. Jika Pertamina tak menyesuaikan harga makan akan membebani perusahaan minyak dan gas (migas) milik negara tersebut.

"Maka Pertamax harus dinaikkan karena bebannya Pertamina akan cukup berat, selisih dari Rp 9.000 sampai taruhlah Rp 16.000 itu kan besar sekali yang itu harus ditanggung oleh Pertamina," katanya.

Mamit juga berpendapat bahwa harga Pertamax sudah saatnya harus dilakukan penyesuaian. Terlebih, selisih harga keekonomian dengan harga jual yang lebih murah tidak ditanggung oleh pemerintah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi memang hemat saya adalah kita perlu melakukan penyesuaian karena dari sisi peraturan semuanya sudah jelas, dari sisi kondisi aktualnya pun memang saat ini juga sudah tidak memungkinkan Pertamina untuk menahan harga terus, karena mereka kan tidak mendapatkan kompensasi atau subsidi apapun dari Pertamax ini," jelasnya.

Berapa harga baru Pertamax yang diusulkan?

ADVERTISEMENT

Mamit mengusulkan harga Pertamax naik di kisaran Rp 12.000, jangan sampai menyentuh Rp 16.000 walaupun itu harga keekonomiannya. Sebab, kenaikan sebesar itu terlalu berat buat masyarakat.

"Saya mengusulkan ke Pertamina kalaupun naik ya di angka Rp 12.000 lah, Rp 12.000 something, jangan sampai Rp 16.000 ataupun Rp 14.000 karena masih terlalu berat lah bagi masyarakat," katanya.

Meskipun jenis BBM umum Pertamax tersegmentasi untuk kalangan tertentu, rata-rata dikonsumsi oleh masyarakat mampu, tapi menurut Mamit perlu diperhitungkan kembali mengenai nilai kenaikan yang ideal agar tidak memberatkan konsumen.

"Pastinya sih saya yakin harga Pertamax ini akan lebih murah dibandingkan SPBU swasta," tambahnya.

Fahmy berpendapat Pertamina bisa menaikkan harga Pertamax dengan berpatokan kepada kompetitor, alias SPBU swasta.

Dia mencontohkan SPBU milik Shell yang menjual Shell Super dengan RON setara Pertamax, mereka menjualnya di Rp 12.990 per liter. Jadi, kenaikan Pertamax tidak harus sesuai harga keekonomiannya.

"Barangkali kita bisa berpatokan pada harga Pertamax-nya SPBU asing, Shell misalnya," papar Fahmy.


(toy/dna)

Hide Ads