Pupuk Kaltim Akan Kurangi 30% Emisi Karbon 2030

Pupuk Kaltim Akan Kurangi 30% Emisi Karbon 2030

Hanifa Widyas - detikFinance
Jumat, 13 Mei 2022 14:20 WIB
Pupuk Kaltim
Foto: Pupuk Kaltim
Jakarta -

Perubahan iklim dan pemanasan global menyebabkan usaha pengendalian emisi gas rumah kaca menjadi sangat mendesak. PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) selaku produsen pupuk urea terbesar di Asia Tenggara pun berkomitmen dalam mengurangi emisi CO2 mencapai 30% pada tahun 2030.

Dalam praktiknya, PKT akan terus mengurangi sepertiga emisi karbon tiap satu dekade. Dengan demikian, bebas emisi karbon dapat tercipta pada 2050. Pendekatan geological atau biological pun ditempuh sebagai upaya menyerap CO2.

"Di dalam menyusun rencana pengembangan perusahaan, atau yang biasa kami sebut PKT Growth Strategy, konsep ESG menjadi bagian tak terpisahkan agar kita dapat tumbuh di masa depan. Kami memiliki visi untuk menjadi perusahaan kelas dunia di bidang agribisnis dan petrokimia," ungkap Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi dalam keterangan tertulis, Jumat (13/5/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk mencapai hal tersebut, kami telah mengusung tiga strategi, antara lain supply chain excellence, diversification excellence, dan geographical expansion excellence. Praktik-praktik ini tidak hanya sebagai upaya mengurangi jejak karbon, tetapi dapat memberikan dampak keberlanjutan dan multiplier effect positif baik bagi perusahaan, masyarakat sekitar, maupun negara," ujarnya.

Selain itu, green initiatives senantiasa dilakukan oleh PKT melalui pemanfaatan solar panel hingga mengeluarkan produk-produk yang eco-friendly, salah satunya adalah Smart Bioball. Produk tersebut merupakan salah satu produk untuk mereklamasi lahan-lahan bekas tambang.

ADVERTISEMENT

PKT bekerja sama dengan Kaltim Prima Coal (KPC) yang merupakan open pit (mining) terbesar di dunia dalam menciptakan Bioball yang mengandung seed dan nutrient ini. Nantinya, Bioball ini akan diberikan ke open pit sehingga bisa mereklamasi lahan tambang KPC tersebut.

Tidak hanya itu, PKT juga bergerak di bidang sosial, salah satunya adalah marine biodiversity. Upaya ini menjadi penting karena kontribusinya nyatanya cukup besar untuk mempertahankan dunia yang terus hijau.

"Saat perusahaan menerapkan konsep-konsep ESG secara serius, nyatanya kinerja keuangan perusahaan justru semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ke depan, kami akan terus melakukan pengembangan bisnis dan teknologi baru, termasuk yang difokuskan pada penyerapan CO2 untuk digunakan sebagai bahan baku produk lainnya serta mensubstitusi bahan baku gas alam dengan hidrogen berbasis EBT untuk menghasilkan Green Ammonia. Nantinya, tidak hanya Amonianya yang zero carbon fuel, proses produksinya pun tidak mengeluarkan karbon," tutup Rahmad.

Sementara itu, Menteri Negara Fenomena Kependudukan dan Lingkungan Hidup RI 1978-1993 Emil Salim mengatakan usaha mengurangi emisi gas rumah kaca perlu dipercepat karena tahun 2023-2040 memasuki tahun kritis pada perubahan iklim.

Ia menyampaikan keresahan tersebut dalam acara Indonesia Green & Sustainable Companies Award 2022 dengan tema Becoming Industry Champion by Implementing Green & Sustainable Business. Menurutnya, fenomena gas rumah kaca tersebut membuat dunia usaha perlu ikut aktif berkontribusi mengendalikan Net Zero Emission.

"Dalam perkembangan dunia saat ini, berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change, sasaran pengendalian suhu agar tidak lebih dari 1,5 derajat celcius (dari hasil Pertemuan Paris 2015) sulit tercapai karena peningkatan suhu tersebut kini telah terjadi. Hal inilah yang membuat target Net Zero Emission menjadi bergeser dari 2050 ke 2040," ucap Emil.

"Dari situ, usaha pengendalian greenhouse dan gas karbon dioksida (CO2) perlu dipercepat. Penting bagi dunia usaha agar berperan aktif melakukan pembangunan berkelanjutan dan mempercepat target Net Zero Emission tersebut. Oleh karena itu, sudah saatnya kita selamatkan dunia dari ancaman perubahan iklim," ujarnya.




(fhs/hns)

Hide Ads