Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan keputusannya melarang ekspor batu bara dan bahan baku minyak goreng (crude palm oil/CPO) beberapa waktu lalu menimbulkan kesulitan bagi sejumlah negara. Keputusan itu diambil untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Soal batu bara, Jokowi menyebut ada lima Perdana Menteri (PM) yang meneleponnya untuk meminta dikirim batu bara secepatnya. Jika tidak, kehidupan di negaranya akan mati karena listrik dan industri tidak bisa beroperasi.
"'Presiden Jokowi mohon kita dikirim batu baranya ini segera, secepatnya, kalau ndak mati kita, listrik kita mati, industri kita mati'. Kita jadi tahu kekuatan kita itu ada di mana," kata Jokowi dalam acara Rakernas PDI Perjuangan, Selasa (21/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitu juga saat pemerintah melarang ekspor CPO, Jokowi bercerita ada dua presiden dan PM yang meneleponnya untuk minta dikirim minyak goreng secepatnya.
"Pak kalau Bapak dalam dua hari ini tidak kirim, kami akan terjadi gejolak sosial politik di negara saya. Tolong bisa dikirimkan'," ujar Jokowi menirukan pembicaraan.
Pada saat itu, kata Jokowi, ada stok CPO 3 juta ton. Permintaan negara-negara itu sebanyak 200 ribu ton sehingga pemerintah memutuskan mengirim 120 ribu ton.
"Jadi kita tahu posisi kita itu ada di mana, kekuatan kita itu ada di mana, di sini mulai kelihatan. Batu bara kita mempunyai kekuatan besar, CPO kita mempunyai kekuatan besar, nikel kita mempunyai kekuatan besar," ujarnya.
"Tapi tidak bisa kita teruskan yang namanya ekspor dalam bahan mentah, itu stop, harus mulai kita berani stop ekspor bahan mentah kemudian kita buat barang jadi, ada industrialisasi, ada hilirisasi di situ. Itulah sebetulnya kekuatan besar kita sehingga nilai tambah itu ada di dalam negeri," tambah Jokowi.
(aid/ara)