Pemerintah terus menerus mengeluarkan uang banyak untuk menggelontorkan subsidi. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan tahun ini APBN sangat terbebani dengan subsidi beberapa komoditas, mulai dari energi hingga perumahan.
Subsidi terus meningkat dari tahun ke tahun salah satunya karena meningkatnya penerima subsidi. Untuk subsidi dan kompensasi komoditas energi misalnya, menurut Sri Mulyani kapasitasnya terus meningkat.
Di sisi lain, harga barangnya juga sedang mahal-mahalnya saat ini. Dia sempat mencolek Pertamina untuk ikut mengendalikan penerima subsidi. Pasalnya, jumlah barang subsidi yang disalurkan Pertamina terus meningkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selain perbedaan harga meningkat, volumenya juga naik. Ini sebetulnya perlu dikendalikan oleh Pertamina. BBM untuk solar, dan mitan (minyak tanah) itu jumlah kiloliternya naik dari 5 juta jadi 5,6 juta. LPG 3 kg juga naik 2,4 juta metrik ton ke 2,5 juta metrik ton," papar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (23/6/2022).
Barang yang disubsidi pemerintah selain BBM dan LPG juga meningkat. Listrik bersubsidi meningkat dari 37,4 juta pengguna menjadi 38,4 juta pengguna. Pupuk juga meningkat subsidinya, dari 3,1 juta ton menjadi 3,5 juta ton. Subsidi perumahan juga naik dari awalnya 28,2 ribu unit menjadi 46 ribu unit.
Meski begitu, Sri Mulyani paling menyoroti kenaikan jumlah subsidi untuk BBM dan LPG. Totalnya, sendiri untuk seluruh subsidi yang ada pemerintah mengeluarkan Rp 75,3 triliun lebih.
Itu baru subsidi, belum lagi kompensasi harga BBM penugasan, yaitu Pertalite. Sri Mulyani mengungkapkan jumlah kompensasi saat ini naik pesat. Jumlahnya kini mencapai Rp 293,5 triliun.
Awalnya kompensasi BBM cuma Rp 18,1 triliun namun karena naiknya harga minyak dunia kompensasi dinaikkan untuk menjaga harga BBM penugasan tidak naik. Pemerintah pun menambah anggaran Rp 275 triliun sendiri hanya untuk kompensasi BBM dan sudah disetujui DPR.
"Jadi kompensasi tahun ini adalah Rp 18,1 triliun plus Rp 275 triliun. Ini angka besar untuk kompensasi barang-barang yang naik," kata Sri Mulyani.
"Ini lah yang menggambarkan APBN sebagai shock absorber, jumlah kebutuhan masyarakat meningkat, harga barang tinggi, namun tak ada perubahan harga," tegasnya.
(hal/zlf)