Sri Lanka akan mengatur distribusi bahan bakar minyak (BBM) hanya untuk layanan yang dianggap penting, seperti kesehatan, kereta api, dan bus. Kebijakan ini akan berlaku dua minggu dan mulai diterapkan pada Selasa.
Negara di Asia Selatan ini sedang menderita akibat krisis ekonomi terburuknya. Cadangan devisa Sri Lanka menyentuh rekor terendahnya, dan negara berpenduduk 22 juta orang itu masih harus berjuang membayar biaya impor makanan, obat-obatan, dan yang paling kritis adalah biaya bahan bakar.
Industri garmen yang menjadi penghasil garmen bagi Sri Lanka hanya memiliki sisa bahan bakar sekitar seminggu sampai 10 hari. Diperkirakan stok BBM di negara ini akan habis kurang dari seminggu jika dihitung dari permintaan reguler.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri Lanka akan memprioritaskan konsumsi bahan bakar hanya untuk kereta api, bus, layanan medis, dan kendaraan pengangkut makanan mulai Selasa hingga 10 Juli. Hal ini disampaikan langsung oleh juru bicara kabinet pemerintahan, Bandula Gunewardena.
Selain itu, sekolah di daerah perkotaan akan ditutup pemerintah. Bandula juga menerangkan jika masyarakat akan didesak untuk bekerja dari rumah. Sementara layanan bus antar provinsi bakal dibatasi.
"Sri Lanka tidak pernah menghadapi krisis ekonomi yang begitu parah dalam sejarahnya," kata Gunewardena, dikutip dari CNN, Selasa (28/6/2022).
Seorang sopir bajaj bernama W. D. Shelton mengatakan, dia harus antre selama empat hari untuk memperoleh bahan bakar. Ia mengaku belum tidur dan tidak makan secara teratur demi mendapatkan bensin..
"Kami kehilangan pendapatan, kami tidak bisa memberi makan keluarga," ungkapnya.
Sri Lanka bicara dengan IMF. Berlanjut ke halaman berikutnya.
Simak juga Video: Beli Pertalite Wajib Pakai Aplikasi, Kapan Berlakunya?