Makin Kering, Stok BBM Sri Lanka Kurang dari Sehari

Makin Kering, Stok BBM Sri Lanka Kurang dari Sehari

Ilyas Fadhillah - detikFinance
Selasa, 05 Jul 2022 10:44 WIB
Krisis ekonomi membuat warga Sri Lanka mengantre berhari-hari agar dapat membeli BBM. Selain itu warga diminta menunjukkan token saat akan membeli BBM di SPBU.
Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto
Jakarta -

Menteri Energi Sri Lanka, Kanchana Wijesekera memperingatkan tentang stok bahan bakar yang terus menyusut. Wijesekera menyebut stok bahan bakar saat ini hanya cukup kurang dari sehari di bawah permintaan reguler.

Pengiriman BBM selanjutnya diperkirakan hanya cukup memenuhi kebutuhan kurang dari dua Minggu. Sri Lanka menghadapi krisis terburuknya dalam 70 tahun terakhir.

Wijesekera mengatakan, Sri Lanka memiliki cadangan BBM sekitar 12.774 ton solar dan 4.061 ton bensin yang tersisa. "Pengiriman bensin berikutnya diharapkan antara 22 dan 23 (Juli)," kata Wijesekera, dikutip dari BBC, Selasa (5/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengiriman solar diperkirakan tiba di akhir pekan. Namun, Wijesekera memperingatkan bahwa keuangan negara tidak cukup untuk membayar impor bahan bakar dan minyak mentah yang direncanakan.

Dia mengatakan, bank sentral Sri Lanka hanya dapat memasok US$ 125 juta untuk pembelian bahan bakar, jauh lebih sedikit dari US$ 587 juta yang dibutuhkan untuk pengiriman terjadwalnya.

ADVERTISEMENT

Menurut Wijesekera, Sri Lanka memiliki utang sebesar US$ 800 juta ke tujuh pemasok demi pembelian yang dilakukan awal tahun ini. Minggu lalu Sri Lanka melarang penjualan bahan bakar untuk kendaraan pribadi selama dua minggu.

Para ahli menyebut Sri Lanka sebagai negara pertama yang mengambil langkah drastis menghentikan penjualan bensin kepada masyarakat umum. Krisis yang terjadi di Sri Lanka terjadi akibat kekurangan mata uang asing untuk membayar impor barang-barang penting.

Menipisnya pasokan BBM, makanan dan obat-obatan semakin mendorong naiknya harga-harga di negara di Asia Selatan itu. Apalagi, banyak masyarakat Sri Lanka yang bekerja dan menggantungkan hidupnya pada kendaraan bermotor.

Pemerintah menyalahkan pandemi COVID-19 sebagai biang kerok semua ini. Sri Lanka mengandalkan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan.

Sementara itu, banyak ahli mengatakan pemerintah gagal mengurus ekonomi negaranya. Sebagai informasi, Bulan Mei lalu Sri Lanka gagal membayar utang luar negerinya untuk pertama kali dalam sejarah.




(zlf/zlf)

Hide Ads