Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempertanyakan kepada publik apakah setuju jika harga BBM dinaikkan. Jokowi memberikan pertanyaan itu ketika menyinggung perbandingan harga BBM di Indonesia dengan negara lain, saat Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional ke-29 di Medan.
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad mengungkap sebenarnya, negara lain memang telah menaikkan harga BBM. Ia mencontohkan, mulai di berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat (AS).
"Negara lain sudah menaikkan harga BBM, seperti negara-negara di Eropa sudah, AS juga sudah sedikit. Rata-rata negara di Eropa sudah menaikkan harga BBM. Dikarenakan mereka semua impor ya (BBM)," ungkapnya kepada detikcom, Kamis (7/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara negara-negara di Timur Tengah yang menurutnya belum menaikkan harga BBM. Karena negara di wilayah itu merupakan produsen minyak dan gas.
"Kalau negara-negara di Timur Tengah produsen kan, belum," jelasnya.
Meski begitu, Tauhid mengaku bahwa selisih harga BBM khususnya pertalite yang dijual ke masyarakat dengan harga keekonomian sangat jauh.
"Dari Rp 7.650 per liter dengan harga keekonomian Rp 17.200 per liter memang jauh. Namun, kalau mau dinaikan ya bertahaplah. Nggak bisa langsung, itu dampaknya ke inflasi besar sekali," tuturnya.
Namun, menurutnya belum saatnya harga pertalite dinaikan. Ia menilai, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih sanggung untuk membiayai subsidi BBM.
"Pemerintah sudah menyediakan anggaran subsidinya. Maka berartikan untuk disediakan menahan untuk tidak naik. Walaupun itu hanya sementara, kita gunakan itu dulu gitu semaksimal mungkin. Jadi jangan dinaikan untuk sementara dulu, biarlah APBN bekerja," tuturnya, kepada detikcom, Kamis (7/7/2022).
Bersambung ke halaman selanjutnya.