Negara Lain Sudah Naikkan Harga BBM, Jokowi Masih Tanya Warga

Negara Lain Sudah Naikkan Harga BBM, Jokowi Masih Tanya Warga

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 07 Jul 2022 17:24 WIB
Pihak PT Pertamina (Persero) sedang mengkaji terkait kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Pertamax. Nantinya, harga BBM RON 92 itu bakal mengalami kenaikan.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mempertanyakan kepada publik apakah setuju jika harga BBM dinaikkan. Jokowi memberikan pertanyaan itu ketika menyinggung perbandingan harga BBM di Indonesia dengan negara lain, saat Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional ke-29 di Medan.

Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad mengungkap sebenarnya, negara lain memang telah menaikkan harga BBM. Ia mencontohkan, mulai di berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat (AS).

"Negara lain sudah menaikkan harga BBM, seperti negara-negara di Eropa sudah, AS juga sudah sedikit. Rata-rata negara di Eropa sudah menaikkan harga BBM. Dikarenakan mereka semua impor ya (BBM)," ungkapnya kepada detikcom, Kamis (7/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara negara-negara di Timur Tengah yang menurutnya belum menaikkan harga BBM. Karena negara di wilayah itu merupakan produsen minyak dan gas.

"Kalau negara-negara di Timur Tengah produsen kan, belum," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Meski begitu, Tauhid mengaku bahwa selisih harga BBM khususnya pertalite yang dijual ke masyarakat dengan harga keekonomian sangat jauh.

"Dari Rp 7.650 per liter dengan harga keekonomian Rp 17.200 per liter memang jauh. Namun, kalau mau dinaikan ya bertahaplah. Nggak bisa langsung, itu dampaknya ke inflasi besar sekali," tuturnya.

Namun, menurutnya belum saatnya harga pertalite dinaikan. Ia menilai, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih sanggung untuk membiayai subsidi BBM.

"Pemerintah sudah menyediakan anggaran subsidinya. Maka berartikan untuk disediakan menahan untuk tidak naik. Walaupun itu hanya sementara, kita gunakan itu dulu gitu semaksimal mungkin. Jadi jangan dinaikan untuk sementara dulu, biarlah APBN bekerja," tuturnya, kepada detikcom, Kamis (7/7/2022).

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Tauhid juga mengungkap sejumlah risiko jika harga BBM subsidi dinaikan. Pertama, akan meningkatkan tingkat inflasi. "Saat ini sudah kena kenaikan inflasi menjadi 4,35% artinya sekarang dinaikan harga pertalite tentu saja inflasi akan tinggi," lanjutnya.

Kemudian, jika inflasi naik maka pertumbuhan ekonomi negara juga disebut akan melambat. "Kalau inflasi naik, stagflasi juga tumbuh, tetapi kan pemerintah masih punya uang," tutupnya.

Sebagai informasi, Jokowi sebelumnya kembali menyinggung soal kenaikan harga BBM di negara lain. Sementara Indonesia masih melakukan subsidi untuk jenis BBM pertalite. Hal ini disampaikan dalam Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional ke-29 di Medan hari ini.

Menurut Jokowi, pertalite di negara lain sudah menyentuh angka Rp 31.000-an per liter untuk Singapura dan Jerman, sementara Thailand Rp 20.878 per liter. Jokowi pun bertanya saat agenda itu kepada warga, apakah setuju jika harga BBM naik.

"Jangan tepuk tangan dulu, ini kita masih kuat dan kita berdoa supaya APBN tetap masih kuat memberi subsidi. Kalau sudah tidak kuat mau gimana lagi ya kan, kalau BBM naik ada yang setuju?," tanya Jokowi.


Hide Ads