Solar Langka di Bengkulu, Pengusaha Bus AKAP Teriak!

Solar Langka di Bengkulu, Pengusaha Bus AKAP Teriak!

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 25 Jul 2022 16:53 WIB
Papan penanda Bahan Bakar Minyak (BBM) solar habis terpasang di SPBU yang tutup, kawasan Medan Amplas, Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu (13/10/2021). Tutupnya SPBU tersebut diduga karena keterlambatan penyaluran bahan bakar minyak (BBM) khususnya di wilayah Medan dan Deliserdang beberapa pekan terakhir. ANTARA FOTO/FRANSISCO CAROLIO/rwa.
Ilustrasi Solar Langka/Foto: ANTARA FOTO/Fransisco Carollio
Jakarta -

Ketersediaan solar subsidi di Bengkulu mengalami kelangkaan. Hal ini membuat bus penumpang antar kota antar provinsi (AKAP) kesulitan mendapatkan bahan bakar.

Direktur Utama Perusahaan Otobus (PO) SAN Kurnia Lesani Adnan menyatakan kelangkaan BBM ini sangat mengganggu operasional bus. Menurutnya, kejadian ini sudah terjadi sebulan ke belakang, namun beberapa hari ini kesulitan mendapatkan BBM mencapai puncaknya.

"Di Bengkulu, terjadi kelangkaan yang cukup mengganggu. Sampai hari ini operasi kita sangat terganggu karena solar JBT di SPBU kosong," kata pria yang akrab disapa Sani kepada detikcom, Senin (25/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan beberapa hari ini bus yang dioperasikannya seringkali tak mendapat solar. Bahkan, beberapa bus harus mengantre berjam-jam namun berujung tak mendapatkan apa-apa.

"Jadi mobil kita ini siang nggak dapat (solar), sore antre sampai malam sampai jam 5 subuh kadang dapat, kadang nggak dapat. Kalau nggak dapat kan jadinya mobil nggak bisa jalan," keluh Sani yang juga merupakan Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI).

ADVERTISEMENT

"Kalau mobil nggak bisa jalan, kita gimana? Nggak bisa layani penumpang dong, nggak bisa layani masyarakat," lanjutnya.

Sejauh ini dia sudah mencoba bertanya ke pihak Pertamina sebagai penyedia BBM. Dari mulai operator SPBU, hingga perwakilan regional Pertamina di Bengkulu. Bukannya mendapat jawaban dan solusi, Sani justru tak mendapatkan apa-apa.

Pasalnya, di tingkat SPBU, operator bilang suplai BBM dikurangi hingga 50%. Sementara itu Pertamina di daerah bilang tak ada pengurangan.

"Kabarnya, menurut operator SPBU ada pengurangan supply, biasa dapat 16-20 sekarang 8 ton. Dikurangi sangat signifikan. Memang ini aneh dan lucu, kami tanya Pertamina langsung bilangnya nggak ada pengurangan," kata Sani.

"Kalau lagi kita ngisi solar suka ada yang nanya, orang SPBU kompak semua bilangnya dikurangi (pasokan solarnya)," imbuhnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Kondisi Sani kini dipersulit dengan aturan yang baru dikeluarkan Gubernur Bengkulu. Aturan itu menyebutkan bus dan kendaraan berat lainnya hanya boleh mengisi BBM di malam hari.

"Gubernur juga bukannya push Pertamina biar tambah suplai solar ini malah sekarang kami dibikin makin susah isi bensin," kata Sani.

Sani sempat membagikan beberapa video kondisi lapangan di Bengkulu kepada detikcom. Dari video itu memang terlihat beberapa bus berderet mengantre isi bensin. Bukan cuma bus, nampak truk-truk pengangkut hasil perkebunan juga ikut mengantre.

Penumpang Bus Kena Dampak

Menurut Sani, bila kelangkaan ini terus terjadi penumpang akan kena dampak. Penurunan performa layanan sudah terjadi selama sebulan ini seiring dengan adanya kelangkaan solar.

Sani bilang dalam satu kesempatan, penumpang busnya sampai harus menunggu 24 jam untuk melanjutkan perjalanan. Hal itu terjadi karena, bus yang mereka tumpangi mengalami masalah dan harus diganti bus yang lain.

Namun sialnya, bus yang harus menggantikan tak mendapatkan bensin. Alhasil, bus pengganti harus mengisi bensin dahulu baru bisa menggantikan bus yang bermasalah. Di tengah jalan penumpang harus menunggu sampai 24 jam.

"Pernah satu kali, ada masalah di mobil kita. Ada trouble kopling di jalan, cuma mobil yang gantinya nggak ada solar. Dia cari dulu. Akhirnya penumpang nunggu sampai 24 jam. Itu kejadiannya kayak begitu," papar Sani.

Beberapa perjalanan busnya pun menurut Sani sudah sering mengalami delay alias keterlambatan karena kelangkaan solar. Keterlambatan terjadi mulai dari 2 jam, 3 jam, 4 jam, bahkan hingga setengah hari.

"Sampai hari ini kami harus sering geser-geser jam berangkat, mobil jadi telat berangkat. Kadang bus yang mau jalan nggak dapat solar jadi kita sedot dulu mobil yang ada solarnya baru mobil bisa jalan. Kalau nggak antre solar dulu," sebut Sani.

"Jadi ada waktu nunggu dulu. Delay-nya lama itu, ada yang sampai setengah hari delay-nya," pungkasnya.


Hide Ads