Kinerja PLN soal Efisiensi Anggaran Subsidi Listrik Diapresiasi BPK

Kinerja PLN soal Efisiensi Anggaran Subsidi Listrik Diapresiasi BPK

Sukma Nur Fitriana - detikFinance
Rabu, 27 Jul 2022 20:42 WIB
Salah satu mitra PLn yang memproduksi kWh Meter listrik adalah PT Smart Meter Indonesia. Yuk lihat pembuatan kWh Meter yang berada di Tangerang, Banten, tersebut.
Foto: Dok. PLN
Jakarta -

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengapresiasi atas kinerja PLN dalam kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik dan perhitungan subsidi listrik tahun anggaran 2021. Menurut BPK, PLN telah bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam semua hal yang material dan sudah diberikan catatan sebagai pr untuk mendorong efisiensi berkelanjutan.

"Kami mengucapkan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada jajaran PLN atas pencapaian ini, kita sudah bisa melakukan efisiensi," ucap Pimpinan VII BPK Hendra Susanto dalam keterangan tertulis, Rabu (27/7/2022).

Lebih lanjut Hendra memaparkan sepanjang tahun 2021 PLN telah berhasil melakukan efisiensi bisnis dengan cara menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik dengan tetap menjaga keandalan listrik. Tercatat, perhitungan subsidi listrik berdasarkan BPP tahun 2021 sebesar Rp 1.393,8 per kWh atau turun 0,46% dibandingkan BPP tahun 2020 sebesar Rp. 1.400,2 per kWh. Hal ini berarti subsidi listrik sebesar Rp 58,88 triliun dapat diefisiensikan menjadi audited sebesar Rp 57,87 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya berharap dengan inovasi dan ide kreatif dari manajemen, direksi, komisaris agar efisiensi bisa diperbesar persentasenya dan pemanfaatan kompor induksi mudah-mudahan bisa menjadi strategi positif untuk PLN ke depan," tambah Hendra.

Penyerahan LHP Pemeriksaan Subsidi ListrikFoto: PLN

Sementara itu, Komisaris Utama PLN Amien Sunaryadi menyampaikan terima kasih atas dukungan yang diberikan oleh BPK kepada PLN. Menurutnya, PLN mendapatkan banyak manfaat dari proses audit yang dilakukan oleh BPK dan akan dipastikan, seluruh rekomendasi dan catatan dari BPK akan ditindak lanjuti dan diselesaikan dengan baik.

ADVERTISEMENT

"Dari pengalaman dan saya pelajari, yang akan menerima manfaat paling besar dari pekerjaan audit adalah auditee sendiri. Sebagaimana kita diperiksa kesehatan kita oleh dokter, yang menerima manfaat paling besar adalah kita pasien. Karena itu teman-teman PLN jangan ragu untuk memberikan data, penjelasan, dan menjawab pertanyaan dari auditor BPK," ujar Amien.

Senada dengan Amien, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada BPK yang terus mendukung PLN dalam menjalankan tugas menghadirkan listrik di seluruh wilayah Indonesia.

"Yang kami rasakan adalah resonansi dari batin yang paling dalam bahwa BPK dengan PLN sama-sama ingin membangun PLN yang lebih kokoh dan kuat. Bukan saja saat ini tetapi jauh ke depan. Dalam hal ini bisa berkolaborasi bersama-sama untuk tujuan yang mulia," tutur Darmawan.

Klik halaman selanjutnya >>>

Darmawan meminta seluruh jajarannya untuk dapat terbuka dengan BPK agar tantangan yang ada di masa datang dapat diselesaikan. Ia juga meminta dukungan kepada BPK untuk memberikan masukan dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada tersebut.

Darmawan juga membahas mengenai akan beroperasinya sejumlah pembangkit listrik baru. Hal ini berkaitan dengan tantangan baru yang akan PLN hadapi, yaitu menyelesaikan masalah over supply yang diakibatkan pertumbuhan ekonomi yang juga diperlambat oleh pandemi COVID-19. Hal tersebut membuat konsumsi listrik tidak sesuai prediksi.

"Ada yang namanya elasticity of demand. Ini adalah korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan demand listrik. Jadi elasticity of demand berdasarkan historis waktu itu adalah 1,3%. Jadi kalau 1% pertumbuhan ekonomi maka pertumbuhan demand listrik adalah 1,3%," ucap Darmawan.

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 diprediksi sekitar 6%, sementara pertumbuhan demand diprediksi di saat itu adalah 8,7 %. Namun, dalam realisasinya pertumbuhan demand listrik tidak sampai 5%. Permasalahan inilah yang harus diatasi.

"Inilah yang menjadi tantangan bahwa kondisi oversupply ini disebabkan di tahun 2015 ada perancangan prediksi yang sangat tinggi berbasis pada data-data historical yang ternyata realisasinya terjadi adanya disparitas," kata Darmawan.

Selain itu, tantangan yang harus dihadapi PLN saat ini adalah pembangkit-pembangkit listrik swasta yang sudah terkontrak menggunakan sistem take or pay. Sehingga, listrik tersebut harus diserap.


Hide Ads