Harga Gas AS Cetak Rekor Tertinggi dalam 14 Tahun

Harga Gas AS Cetak Rekor Tertinggi dalam 14 Tahun

tim detikcom - detikFinance
Kamis, 18 Agu 2022 11:30 WIB
FILE - Oil tanker Trident Hope unloads its fright in the oil port of Wilhelmshaven, northern Germany, on Tuesday, June 10, 2008. The U.S. has pledged to help maintain Europes energy supply by boosting exports of liquefied natural gas, or LNG, if Russia were to invade Ukraine and reduce its gas shipments to the European Union. (AP Photo/Joerg Sarbach, File)
Ilustrasi Gas Alam (Foto: AP/Joerg Sarbach)
Jakarta -

Harga gas alam Amerika Serikat (AS) meroket ke tingkat tertinggi sejak 2008. Lonjakan yang terjadi bahkan mengancam industri migas secara keseluruhan di tengah harga BBM yang tengah mengalami penurunan di tingkat SPBU.

Mengutip CNN, harga gas alam berjangka melonjak 7% pada hari Selasa yang ditutup pada $9,33 per juta British thermal unit (BTU). Ini menjadi harga penutupan tertinggi sejak 1 Agustus 2008.

Meskipun kenaikan harga gas alam berjangka sempat sedikit mereda pada hari Rabu, mereka tetap naik sekitar 70% sejak akhir Juni. Dan harga gas alam naik secara mengejutkan 525% sejak ditutup pada $ 1,48 pada Juni 2020 ketika COVID-19 telah melumpuhkan ekonomi AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peningkatan harga salah satunya dipicu meningkatnya permintaan gas alam untuk keperluan operasional pendingin ruangan di tengah musim panas yang melanda AS. Peningkata permintaan itu jadi bencana lantaran pasokan cadangan nasional negara Paman Sam tersebut yang cenderung rendah.

"Kami telah mengalami gelombang panas perma yang 'memanggang' Amerika Serikat," kata wakil presiden energi berjangka di Mizuho Securities, Robert Yawger.

ADVERTISEMENT

Celakanya, permintaan gas tak kunjung reda meski suhu udara menurun begitu memasuki musim gugur dan musim dingin. Maklum saja, Gas alam tidak hanya merupakan sumber bahan bakar utama untuk jaringan listrik, tetapi juga merupakan cara paling populer untuk memanaskan rumah di Amerika.

"Tergantung pada cuaca, itu bisa menjadi musim dingin yang menantang. Tapi tidak sesulit di Eropa. Mereka berisiko kehabisan gas alam. Kami tidak," kata manajer portofolio senior di Tortoise Capital Advisors, Rob Thummel dikutip dari CNN.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Simak juga Video: Sedihnya Agen-Konsumen Karena LPG Non Subsidi Naik Harga

[Gambas:Video 20detik]




Kenaikan harga gas alam di AS juga turut dipengaruhi oleh kondisi global khususnya di Eropa. Krisis gas alam Eropa telah memicu kenaikan harga komoditas tersebut hingga 7 kali lipat. Krisis gas alam sendiri dipicu oleh pemangkasan aliran gas dari Rusia ke Eropa sebagai 'balasan' terhadap sanksi Barat. Padahal, negara-negara di Uni Eropa sangat bergantung pada pasokan gas dari Rusia.

Imbas krisis tersebut, Uni Eropa telah dipaksa untuk menyusun rencana pembagian jatah gas alam, sebuah langkah drastis yang akan merugikan konsumen rumah tangga dan bisnis. Harga gas alam telah meroket begitu tinggi di Eropa sehingga mengancam akan mengirim ekonomi benua itu ke dalam resesi.

Menurut presiden Lipow Oil Associates Andy Lipow, kini harga gas alam Eropa diperdagangkan pada tingkat yang setara dengan sekitar $70 per juta BT. Itu kira-kira tujuh kali lebih tinggi dari harga di Amerika Serikat.

Analis mengatakan krisis gas alam Eropa tersebut berkontribusi terhadap harga gas alam yang lebih tinggi di Amerika, meskipun itu bukan pendorong utama.

"Harga global yang lebih tinggi mengalir ke AS. Gas alam telah menjadi komoditas global dengan daruratnya LNG," kata Thummel.

Amerika Serikat telah meningkatkan ekspor gas alam cair (LNG) ke Eropa dalam upaya untuk mengurangi dampak hilangnya gas Rusia.

"Setiap molekul cadangan yang kami temukan, kami kirim ke zona euro," kata Yawger.

Tapi krisis di Eropa bukan satu-satunya masalah. Masalah yang lebih besar yang menghantam harga gas alam AS adalah kenyataan bahwa cadangan yang tersedia berada di bawah rata-rata sehingga memicu kenaikan harga.

"Kami memasuki tahun ini dengan level yang kalah telak dan kami tidak pernah mengejar ketinggalan," kata Yawger.

Pasokan gagal memenuhi permintaan gas yang kuat. Thummel menunjukkan bagaimana produsen minyak dan gas AS berada di bawah tekanan dari Wall Street untuk menghabiskan lebih sedikit untuk proyek pengeboran yang mahal dan lebih banyak untuk dividen dan pembelian kembali kepada pemegang saham.


Hide Ads