Ampun! SWF Terbesar Dunia Rugi Rp 2.500 T, Ini Biang Keroknya

ADVERTISEMENT

Ampun! SWF Terbesar Dunia Rugi Rp 2.500 T, Ini Biang Keroknya

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 18 Agu 2022 09:42 WIB
Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah akhirnya tembus ke level Rp 15.000. Ini adalah pertama kalinya dolar AS menyentuh level tersebut pada tahun ini.
Ilustrasi/Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Dana investasi sovereign wealth fund (SWF) milik Norwegia rugi US$ 174 miliar atau Rp 2.500 triliun (kurs Rp 14.750) pada enam bulan pertama 2022. SWF terbesar di dunia itu mengalami kerugian disebabkan oleh pasar saham yang bergejolak dan mengalami kemerosotan.

Imbal hasil SWF Norwegia negatif 14,4% karena saham dan obligasi terdampak kekhawatiran resesi global dan inflasi yang meroket. CEO Manajemen Investasi Norges Bank, Nicolai Tangen, yang mengelola SWF Norwegia menyatakan pengembalian dana atas investasi ekuitas turun 17%, sementara investasi pendapatan tetap dan infrastruktur energi terbarukan yang tidak terdaftar masing-masing turun 9,3% dan 13,3%.

"Pasar telah ditandai dengan kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, dan perang di Eropa. Investasi ekuitas turun sebanyak 17%. Saham teknologi berkinerja sangat buruk dengan pengembalian minus 28%," kata Nicolai Tangen dilansir CNBC, Kamis (18/8/2022).

Cadangan minyak dan gas Laut Utara yang luas di Norwegia adalah sumber kekayaan dana tersebut. SWF Norwegia diklaim menjadi yang terbesar di dunia dengan total dana kelolaan hingga US$ 1,3 triliun.

Energi adalah satu-satunya sektor yang tidak melihat hasil negatif setelah dana tersebut melakukan investasi besar dalam tenaga angin dalam beberapa tahun terakhir.

"Pada semester I tahun ini, sektor energi kembali 13%. Kami telah melihat kenaikan harga yang tajam untuk minyak, gas, dan produk olahan," tambah Tangen.

Menurut analis Economist Intelligence Unit Matthew Oxenford kinerja buruk ini merupakan buntut dari tren kemerosotan yang lebih besar di sebagian besar dana investasi utama.

"Paruh pertama tahun 2022, saya melihat pergolakan signifikan di pasar keuangan secara global, dan sebagian besar dana yang terdiversifikasi mengalami penurunan nilainya," kata Oxenford.

Secara global, sebagian besar penurunan ini didorong oleh pengetatan moneter yang agresif oleh bank sentral, yang menyebabkan penurunan tajam dalam investasi di perusahaan yang tumbuh cepat di sektor dengan pertumbuhan tinggi.

Kerugian yang dirasakan SWF Norwegia ini pun bertepatan dengan pasar saham AS yang mengalami paruh pertama terburuk sejak 1970-an. Di sisi lain, saat ini inflasi, kenaikan suku bunga, dan perang di Eropa secara serius merusak indeks utama AS.

Indeks Dow Jones Industrial Average kehilangan lebih dari 15% dalam enam bulan pertama tahun ini, S&P 500 turun lebih dari 20% dan Nasdaq Composite turun hampir 30%.

Simak juga Video: Ini Penampakan Uang Kertas Terbaru, Tokoh Pahlawan Masih Sama

[Gambas:Video 20detik]




(hal/ara)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT