Rusia dikabarkan bakal kembali menahan pasokan gasnya ke Eropa. Pasokan bakal berhenti dialirkan melalui pipa Nord Stream 1 yang terhubung ke Jerman selama tiga hari di akhir bulan Agustus ini.
Alasan Rusia menahan pasokannya adalah untuk melakukan pemeliharaan pipa gas Nord Stream 1. Hal ini dinilai dapat memberikan tambahan tekanan di wilayah tersebut yang tengah butuh pasokan gas untuk mengisi bahan bakar menjelang musim dingin.
Dilansir dari CNN, Senin (22/8/2022), Gazprom mengatakan penutupan layanan pengiriman gas selama tiga hari itu terjadi karena kompresor gas pipa pada Nord Stream 1 tiba-tiba membutuhkan perawatan. Penutupan layanan terbaru mengikuti pemeliharaan tahunan terjadwal 10 hari yang berlangsung pada bulan Juli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gazprom menyatakan setelah pemeliharaan selesai, apabila tidak adanya kerusakan teknis maka aliran gas sebesar 33 juta meter kubik (mcm) per hari akan dilanjutkan. Namun, jumlah itu masih hanya 20% dari kapasitas penuh Nord Stream sebesar 167 mcm per hari.
Perusahaan menyatakan pekerjaan pemeliharaan di stasiun kompresor gas Trent 60 yang tersisa akan dilakukan bersama dengan Siemens.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran apakah Rusia akan melanjutkan pengiriman pasokan gas, yang memang telah berkurang sejak pertengahan Juni.
Di sisi lain, Uniper, perusahaan importir energi dari Jerman, telah diperintahkan untuk mencari alternatif pemasok gas lain setelah melihat pasokan gas Rusia nampaknya akan mandek.
Pemerintah Jerman memberikan dana talangan US$ 15,1 miliar atau sekitar Rp 223 triliun (kurs Rp 14.800) kepada Uniper untuk membeli gas di tempat lain meskipun harganya lebih tinggi.
Sementara itu, dampak ekonomi Jerman yang lebih luas disorot dalam data harga produsen yang pada bulan Juli mengalami kenaikan tertinggi. Baik secara tahun ke tahunan maupun secara bulan ke bulan, karena biaya energi meroket.
Sebelumnya, politisi senior Jerman dari partai-partai pemerintahan menolak saran bahwa kekurangan gas dapat dikurangi dengan mengizinkan pipa Nord Stream 2 yang ditangguhkan untuk beroperasi. Ini merupakan sesuatu yang diusulkan oleh Kremlin sebagai solusi.
"Saya sangat menyarankan agar kita tidak mempermalukan diri sendiri karena selalu meminta Vladimir Putin (Presien Rusia) intuk sesuatu yang tidak akan kita dapatkan," kata Kevin Kuehnert, pejabat nomor dua di Partai Sosial Demokrat Kanselir Olaf Scholz.
(hal/das)