Hemat Biaya Operasional Rp 6 T, Pertamina Dinilai Sukses Efisiensi

Hemat Biaya Operasional Rp 6 T, Pertamina Dinilai Sukses Efisiensi

Atta Kharisma - detikFinance
Rabu, 07 Sep 2022 22:43 WIB
Gedung Pertamina Pusat
Foto: dok. Pertamina
Jakarta -

Direktur Center of Energy Policy M Kholid Syeirazi mengungkapkan di tengah kondisi geopolitik yang tak menentu dan memicu kenaikan harga BBM, Pertamina justru menunjukkan kinerja yang positif. Tak hanya itu, Kholid menilai Pertamina juga berhasil menerapkan program efisiensi dengan baik.

"Memang harus diakui bahwa kinerja Pertamina tahun ini jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Termasuk dari sisi efisiensi," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Rabu (7/9/2022).

Kholid menuturkan hal tersebut dibuktikan dari kondisi keuangan Pertamina tahun ini, di mana hingga Juli 2022 Pertamina berhasil menghemat biaya operasional hingga Rp 6 triliun. Efisiensi tersebut, sambungnya, berasal dari keberhasilan Pertamina dalam melakukan penghematan pada sektor hulu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya melihat memang di hulunya terbukti berhasil melakukan penghematan biaya produksi per barel. Dan itu cukup efisien," imbuhnya.

Selain itu, terjadi pula penurunan ongkos produksi migas Pertamina pada kuartal pertama tahun 2022 menjadi US$ 17,68 per barel. Kholid menyebut angka ini lebih rendah dari target yang sudah ditetapkan, yakni sebesar US$ 17,7 per barel.

ADVERTISEMENT

Ia menambahkan capaian positif Pertamina juga terlihat dari peningkatan produksi migas sebesar 965 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD). Capaian ini lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar 850 MBOEPD.

"Artinya meskipun saat ini Pertamina terus disorot, tapi Pertamina telah membuktikan kinerjanya yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Termasuk di sektor hulunya," ujarnya.

Sebelumnya, Dirut Pertamina Nicke Widyawati menyatakan sepanjang tahun ini, hingga Juli 2022, Pertamina telah berhasil menghemat biaya operasional sekitar Rp 6 triliun. Efisiensi tersebut salah satunya berkat investasi upgrading Kilang Minyak Pertamina yang membuat BUMN tersebut mampu memproses minyak mentah dengan sulfur content lebih tinggi yang sumbernya banyak dan harga lebih murah.

Menurut Nicke, hal ini merupakan langkah strategis Pertamina yang telah berhasil secara signifikan menurunkan biaya produksi BBM. Sebab, porsi terbesar dalam produksi BBM adalah biaya pembelian minyak mentah yang mencapai 92% dari Biaya Pokok Produksi.

"Selain itu efisiensi energi di seluruh area operasional dari hulu ke hilir juga memberikan penghematan biaya yang signifikan sekaligus memberikan kontribusi pada penurunan emisi karbon," ungkapnya.

(prf/hns)

Hide Ads