Pengamat Soal Aplikasi MyPertamina: Dilupakan Setelah Harga BBM Naik

Pengamat Soal Aplikasi MyPertamina: Dilupakan Setelah Harga BBM Naik

Ilyas Fadhillah - detikFinance
Kamis, 15 Sep 2022 17:24 WIB
Warga menunjukan aplikasi MyPertamina saat mengisi bahan bakar pertalite di SPBU Pertamina Abdul Muis, Jakarta, Rabu (29/6/2022). PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina Patra Niaga, akan melakukan uji coba pembelian bahan bakar minyak (BBM) subsidi, Pertalite dan Solar, secara terbatas bagi pengguna yang sudah terdaftar pada sistem MyPertamina, mulai 1 Juli mendatang. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Foto: ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA
Jakarta -

Penggunaan aplikasi MyPertamina untuk beli BBM bersubsidi tak kunjung dilakukan. Padahal, pemerintah sempat menargetkan MyPertamina bisa diimplementasikan pada September 2022.

Terkait hal ini, pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi berpendapat jika MyPertamina sudah dilupakan. Hal ini terjadi setelah pemerintah menaikkan harga BBM.

"MyPertamina tidak efektif maka kemudian kan mundur. Dulu Agustus, terus September. Dan sekarang kalo nggak salah dilupakan saja setelah harga BBM dinaikkan oleh pemerintah," katanya kepada detikcom, Kamis (15/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia berpendapat, MyPertamina disusun asal-asalan untuk merespon perintah Jokowi yang ingin ada pembatasan BBM subsidi. Di sisi lain penggunaan MyPertamina disebutnya kurang efektif. Malah itu berpotensi menimbulkan ketidakadilan.

"Dengan kriteria yang menggunakan 1.500 CC ke atas tidak boleh, saya kira ini nggak tepat. Banyak mobil tua dengan harga murah itu 2.000 CC, itu kan tidak adil," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, besaran CC disebut menjadi salah satu kriteria pembatasan BBM subsidi. Fahmy menilai hal ini tidak akan efektif.

Terkait kriteria ia menyarankan pemerintah mencantumkannya dalam revisi Perpres 191/2014 terkait ketentuan masyarakat yang berhak menggunakan Jenis BBM Tertentu (JBT) Solar dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite.

Sementara itu Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan beranggapan sama dengan Fahmy. Dia menyebut aplikasi MyPertamina tidak akan efektif saat digunakan.

"Untuk pembatasan, tegas aja. Misalnya Pertalite untuk roda dua, atau kendaraan umum pelat kuning, itu kan lebih mudah. Dibandingkan liat CC atau tahun, repot," ujarnya.

Apalagi jenis BBM solar sangat rawan penyelewengan. Meskipun harganya kini naik, harga keekonomiannya masih tinggi. Ia pun menyarankan solar hanya disalurkan kepada angkutan roda empat pelat kuning dan UMKM.

"Solar harusnya untuk angkutan roda empat pelat kuning, maksimal 100 liter per hari. Tapi UMKM nelayan bisa pake solar juga atas rujukan dari daerah dan lain-lain, kalau bener-bener mau serius. Kalau misalkan pake CC nggak efektif," pungkasnya.

Pertamina juga sudah memberi penjelasan terkait hal ini. Jawabannya ada di halaman berikutnya

Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, saat ini pihaknya masih fokus melakukan pendataan dan sosialisasi terkait MyPertamina. Pertamina juga masih melakukan uji coba sistem dan infrastruktur.

"Kita masih melakukan pendataan dan sosialisasi. Kita juga sedang melakukan ujicoba sistem dan infrastruktur," katanya kepada detikcom, Kamis (15/9/2022).

Irto menambahkan, Pertamina terus menunggu ketentuan kriteria kendaraan yang bisa membeli BBM subsidi. Aturan ini tertuang dalam revisi Perpres 191/2014 terkait ketentuan masyarakat yang berhak menggunakan Jenis BBM Tertentu (JBT) Solar dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite.

"Sementara itu kami juga masih menunggu ketentuan kriteria kendaraan yang bisa menggunakan BBM Subsidi yang nanti akan tertuang dalam revisi perpres 191/2014," katanya menambahkan.



Simak Video "Amankah Membuka HP saat di SPBU? "
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads