Pengembangan baterai kendaraan listrik yang dilakukan oleh Indonesia Battery Corporation (IBC) masih membutuhkan bahan baku impor.
Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID Dany Amrul Ichdan mengatakan, 80% bahan baku baterai kendaraan listrik berasal dari nikel. Nikel tersebut bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri.
"Dan nikel ini dimiliki oleh PT Antam, reserve juga cukup banyak," katanya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Jakarta, Senin (19/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di luar nikel yang 80%, bahan baku kendaraan listrik masih impor. Sebutnya, bahan baku itu antara lain lithium hydroxide di mana kebutuhannya 70 ribu ton per tahun.
"Di samping bahan baku nikel yang 80% mendominasi proses produksi juga ada manufacturing yang lain, pabrikasi yang lain. Yang terbesar lithium hydroxide itu kebutuhannya 70 ribu ton per tahun yang selama ini impor dari China, Chile dan Australia. Dan smelting proses pengolahannya juga itu ada di China," terangnya.
Bahan baku lain yakni grafit yang kebutuhannya 44 ribu ton per tahun. Bahan baku itu diimpor dari China, Brasil dan Mozambik. Selanjutnya, mangan sulfat dan kobalt sulfat dengan kebutuhan masing-masing 12 ribu ton.
"Jadi 20% selain nikel itu kita semua masih impor," ujarnya.
Maka itu, pihaknya saat ini tengah menyusun peta jalan agar tidak tergantung oleh produk impor.
"Apakah kita melakukan aksi korporasi untuk mengambil tambang lithium luar negeri ataukah seperti apa. Ini IBC sedang menyusun roadmap-nya," ujarnya.
Untuk diketahui, IBC merupakan perusahaan patungan 4 BUMN yakni Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Adapun kepemilikan masing-masing BUMN 25%.
(acd/zlf)