Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi memanas. Hal itu buntut dari rencana negara pengekspor minyak OPEC+ mengurangi produksi minyak hingga 2 juta barel hari. Apa dampaknya bagi RI?
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, dampak dari pemotongan produksi oleh OPEC+ diperkirakan membuat harga minyak dan gas relatif tinggi.
"Pemotongan produksi oleh OPEC+, bukan hanya Arab, memang hari-hari ini kita baca mengenai agak ada gesekan. Tentu dalam hal masalah pengurangan produksi OPEC+ maka kita melhat dampaknya harga oil and gas masih akan relatif berada di level tinggi," katanya di Gedung Wisma Mulia, Jakarta, Senin (17/10/2022).
Bagi Indonesia, khususnya di sektor hulu migas dampaknya akan positif karena akan memotivasi orang untuk berinvestasi karena keekonomiannya lebih baik.
"Buat Indonesia sendiri bagus karena kita teman dari kedua-duanya, ke Amerika teman, ke Arab Saudi teman, kita tidak berada dalam konflik itu," ujarnya.
"Oleh karena itu, mestinya bagus karena kita menjadi alternatif untuk berinvestasi," sambungnya.
Namun, dengan harga minyak dan gas yang tinggi Indonesia perlu berhitung. Sebab, Indonesia juga impor minyak, termasuk juga BBM-nya.
"Di level mana kah keseimbangan antara benefit yang diperoleh dari upstream dengan cost yang muncul untuk subsidi. Tentu ini yang perlu dicari," terangnya.
(acd/dna)