Inovasi PLN Tekan Biaya Besar untuk Penyediaan Energi Bersih

SOE International Conference 2022

Inovasi PLN Tekan Biaya Besar untuk Penyediaan Energi Bersih

Yudistira Imandiar - detikFinance
Selasa, 18 Okt 2022 12:25 WIB
SOE International Conference 2022 digelar di Nusa Dua Bali, Senin (17/10). Dalam acara itu, Dirut PLN optimistis, PLN mampu mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Foto: dok. PLN
Bali -

Upaya transisi energi di sektor kelistrikan membutuhkan biaya besar. PLN pun melakukan sejumlah langkah agar biaya penyediaan listrik dari energi yang lebih bersih semakin terjangkau.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyebut setidaknya butuh investasi sekitar US$ 500-US$ 600 miliar atau sekitar Rp 7-9 ribu triliun untuk melakukan transisi energi bersih di sektor kelistrikan.

Di sisi lain, Darmawan menyatakan harga penyediaan listrik berbasis energi baru terbarukan bisa terus ditekan. Melalui inovasi teknologi dan kolaborasi, kata dia, harga energi bersih akan semakin kompetitif. Ia meyakini dengan inovasi yang dilakukan saat ini, di masa mendatang harga energi bersih akan bersaing dengan energi fosil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami melakukan suatu inovasi-inovasi. Dulu kalau kita mau mendapatkan energi murah, itu kotor. Kita mendapatkan energi bersih itu mahal, ini lah suatu polemik yang mesti dihadapi, ini yang mesti kita selesaikan dengan cara kita berinovasi, berkolaborasi," kata Darmawan dalam acara SOE International Conference 2022 di Nusa Dua, Bali, Selasa (18/10/2022).

"Tahun 2015 kita lelang tenaga listrik tenaga surya itu (biaya penyediaan) sekitar 27 sen (US dollar per kWh). Di tahun 2017 sudah turun menjadi hanya sekitar 10 sen (US dollar per kWh). Kita lelang lagi semakin turun. Demikian pula dengan energi angin, demikian pula dengan investasi renewable energy yang semakin maju," ulas Darmawan.

ADVERTISEMENT

Penurunan harga juga terjadi pada tenaga angin. Ia menjabarkan 5-6 tahun lalu biaya penyediaan listrik dari pembangkit tenaga angin berkisar US$ 13 sen per kWh lalu turun menjadi US$ 9 sen per kWh.

"Dan baru bulan lalu ketika kami melelang itu menjadi 5,4 sen (US dollar per kWh). Ini adalah bentuk inovasi. Di masa depan begitu kita berbicara energi murah ya itu adalah energi bersih," ungkap Darmawan.

Darmawan menyatakan PLN telah menjalankan serangkaian cara untuk mendapatkan pendanaan transisi energi. Ia menegaskan biaya penyediaan energi bersih tak bisa mengandalkan APBN, oleh sebab itu PLN berinovasi untuk mendapatkan investasi.

"Kami menjalankan framework green financing. Kami menggunakan blended finance (antara lain) komersial, bilateral, multilateral, dana konsesi, filantropi untuk memastikan kami bisa melangkah maju dengan memiliki akses terhadap pembiayaan berbiaya murah," tutur Darmawan.

Ia menegaskan upaya transisi energi ini merupakan kepedulian PLN pada keberlanjutan lingkungan. Menurutnya perubahan iklim adalah masalah global yang mesti ditanggulangi secara bersama-sama oleh seluruh pihak.

"Ini adalah suatu global problem, global climate change. Emisi 1 ton karbon baik itu di Tokyo, maupun itu di Jakarta, mau itu di Paris, mau itu di Kuala Lumpur maupun di Washington DC, dampaknya sama," ujar Darmawan.

Baca terus berita terbaru dari SOE International Conference 2022 di sini!




(ega/ega)

Hide Ads