Harga avtur yang tak menentu menjadi tantangan bagi bisnis maskapai. Maka itu, maskapai mesti melakukan berbagai cara agar bisnis tetap tumbuh. Lalu, apa langkah Pelita Air Service?
Direktur Utama Pelita Air Service Dendy Kurniawan mengatakan, harga avtur memang menjadi musuh utama bagi maskapai. Menurutnya, sebuah maskapai tahu cara menyikapi masalah ini.
Banyak hal yang bisa dilakukan, salah satunya lindung nilai (hedging) harga.
"Hedging salah satunya, belum tentu kita mengambil policy itu, tapi saya rasa bisa melakukan hedging terhadap oil price," katanya di Hutan Kota by Plataran, Jakarta, Kamis (20/10/2022).
Selain itu, dia menuturkan, saat ini Kementerian Perhubungan telah mengizinkan maskapai untuk mengenakan biaya tambahan (fuel surcharge). Menurutnya, kebijakan ini bisa membantu maskapai.
"Sekarang diberikan keleluasaan oleh Kementerian Perhubungan untuk ada fuel surcharge untuk mengantisipasi, bagaimana kita bisa menjual lebih tinggi dari tarif batas atas. Sebenarnya itu kan untuk membantu," ujarnya.
Baca juga: Pelita Air Tambah 5 Pesawat Tahun Ini |
Namun demikian, dia mengatakan, terpenting baginya ialah jeli untuk melihat permintaan yang ada. Sebab, ada juga rute-rute yang tak sensitif terhadap harga minyak.
"Karena demand ini elastisitas juga sangat tergantung rutenya juga, jam-jamnya juga. Di rute-rute tertentu yang tidak sensitif terhadap harga misalkan oil price naik, kita naikkan harga tiketnya lumayan signifikan nggak terpengaruh, ada sih rute-rute seperti itu tapi nggak semua rute seperti itu. Nah ini bagaimana kita pandai-pandai mensiasati," jelasnya.
(acd/dna)