Harga minyak dan gas di Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan beberapa bulan terakhir. Presiden AS Joe Biden pun telah melakukan berbagai upaya, namun nampaknya tak berhasil.
Upaya terakhir yang dilakukan Biden untuk menekan harga minyak dan gas dengan memangkas pasokan Cadangan Minyak Strategis AS. Namun, ekonom berpendapat hal itu hanya berdampak kecil kepada harga minyak dan gas saat ini.
Sebab harga minyak dan gas saat ini mengikuti laju harga global. Saat harga global tinggi, akan sulit juga menurunkan harga di dalam negeri AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Melepaskan minyak dari Cadangan Minyak Strategis negara, yang kemungkinan hanya berdampak kecil pada harga, dan secara terbuka menghukum perusahaan minyak AS karena harga tinggi, yang kemungkinan telah sedikit pengaruhnya karena harga minyak dan gas berjangka ditetapkan di pasar global," jelas analis minyak, Andy Lipow, dikutip dari CNN, Senin (24/10/2022).
Harga minyak dan gas di AS sempat menyentuh rekor, hingga membuat harga bensin naik ke level US$ 5,02 per galonnya pada Juni 2022 lalu. Setelah itu, harga berangsur turun hingga ke angka US$ 3,68 per galon rturut-turut, turun menjadi $3,68 per galon, karena harga minyak anjlok lebih dari 25% selama tiga bulan.
Kemudian, harga telah merangkak naik kembali karena sebagian besar kilang ditutup untuk pemeliharaan, Harga rata-rata bensin saat ini US$ 3,80, dari data terakhir pada Sabtu lalu. Meskipun harga itu menurun 10 sen, tetapi tetap masih di level tinggi.
Ekonom juga berpendapat upaya menekan harga minyak dan gas dilakukan karena ada kekhawatiran resesi global. Kekhawatiran itu bahkan lebih parah di Eropa dan sebagian besar Asia.
Itulah salah satu alasan utama keputusan baru-baru ini oleh OPEC dan negara pengekspor minyak lainnya, memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari.
"Saya pikir OPEC+ akan terus mengawasi pasar, jika mereka melihat resesi di Eropa menyebar ke seluruh dunia, mereka akan mengambil tindakan untuk mendukung harga minyak," kata Lipow.
(ada/zlf)