Pemerintah membutuhkan dana hingga US$ 1 triliun atau Rp 15.494 triliun (kurs Rp 15.494) untuk bisa mencapai net zero emission (NZE) pada 2060. Target pengurangan emisi karbon ditingkatkan dari 29% atau setara 835 juta ton CO2, menjadi 32% atau setara 912 juta ton CO2 pada 2030.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan dana besar tersebut dibutuhkan untuk menciptakan energi baru yang ramah ramah lingkungan.
"Untuk Indonesia sendiri, untuk sektor energi total investasi yang dibutuhkan akan lebih dari US$ 1 triliun hingga 2060," katanya dalam Grand Launching Indonesia's Energy Transition Mechanism di Movenpick Hotel, Jimbaran, Bali, Senin (14/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rida mengakui bahwa kebutuhan anggaran yang besar tersebut tidak bisa dipenuhi hanya dari APBN saja. Oleh karenanya, Indonesia membutuhkan dukungan pendanaan dari pihak swasta.
"Untuk memenuhi pendanaan tersebut, kami menyadari tidak akan mampu melakukannya sendiri. Sektor swasta memiliki peran penting dalam menghasilkan pembiayaan tambahan menuju energi bersih," jelasnya.
Rida berharap pihak swasta akan melihat komitmen Indonesia dan mau memberikan dukungan pendanaan. Apalagi, transisi energi memang menjadi salah satu agenda penting dunia.
"Keterlibatan badan usaha sangat dituntut, khususnya dalam pengembangan pembangkit listrik energi terbarukan. Saya berharap kami dapat meningkatkan kolaborasi untuk melakukan diskusi lebih lanjut untuk mengidentifikasi opsi pembiayaan dan untuk mempromosikan pendekatan yang kompatibel untuk keuangan bersih," ucapnya.
Untuk mencapai penurunan emisi karbon, beberapa pembangkit energi baru terbarukan (EBT) bakal dikembangkan termasuk di antaranya penggunaan gas bumi untuk menjembatani transisi energi dalam mengatasi intermitensi. Pemerintah juga akan menerapkan campuran biomassa untuk pembangkit PLTU batu bara.
Rida menyebut pihaknya juga berkomitmen untuk mengembangkan teknologi CCS/CCUS dalam transisi energi. Hal ini sebagai cara mencapai keseimbangan antara produksi gas dengan target penurunan emisi karbon.
"Berikutnya adalah pengembangan energi terbarukan secara masif hingga 700 GW antara lain dengan mengembangkan hidro, panas bumi, bioenergi, untuk mendukung base load," tandas Rida.
(aid/ara)