Jepang Cari 'Jodoh' buat Inpex Garap Masela, Pertamina Dilirik

Jepang Cari 'Jodoh' buat Inpex Garap Masela, Pertamina Dilirik

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Sabtu, 26 Nov 2022 09:30 WIB
Infografis asing kuasai 3 blok migas RI
Ilustrasi blok migas/Foto: Infografis detikcom/Fuad Hasim
Nusa Dua -

Pemerintah Jepang mulai aktif untuk mencari 'jodoh' bagi Inpex Corporation dalam melakukan pengembangan Lapangan Abadi, Blok Masela. Sebelumnya Inpex bermitra dengan Shell dalam melakukan pengembangan di Blok Masela, sayangnya perusahaan migas asal Belanda itu malah mundur di tengah jalan.

Director-General Natural Resources and Fuel Department Agency for Natural Resources and Energy (ANRE) Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) Japan, Yuki Sadamitsu menyatakan Inpex sedang mencari mitra baru.

Di sisi lain, raksasa migas pelat merah Indonesia, Pertamina, sudah menyatakan tertarik untuk masuk ke Blok Masela. Yuki pun memberikan kode keras bahwa Inpex dan Pertamina bakal bekerja sama untuk mengembangkan Proyek Abadi Masela.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di Indonesia kami memiliki Abadi Masela, Inpex berkontribusi pada keamanan energi kedua negara bersama dengan Pertamina dengan mempromosikan Proyek Abadi," ungkap Yuki dalam 3rd International Convention of Indonesia Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022), di Bali Nusa Dua Convention Centre, Jumat (25/11/2022).

Sejauh ini memang belum ada kejelasan siapa pengganti Shell sebagai mitra Inpex di Blok Masela, meskipun Pertamina sudah menyatakan minat masuk ke proyek tersebut. Meski begitu, Yuki justru bilang akan ada konsorsium perusahaan Jepang dan Indonesia di Blok Masela.

ADVERTISEMENT

"Kami berharap pemerintah Anda juga akan mendukung Konsorsium Jepang, Indonesia ini," ujar Yuki.

Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyatakan Proyek Lapangan Abadi Blok Masela saat ini mulai diserbu investor, sudah ada 4 perusahaan yang menyatakan minat dalam proyek ini untuk bermitra dengan Inpex.

Dwi mengkonfirmasi beberapa perusahaan di antaranya adalah Pertamina, Petronas asal Malaysia, dan juga PetroChina dari China.

Namun, Dwi Soetjipto menyatakan semua pihak perlu berkoordinasi juga dengan Inpex yang saat ini mencari partner untuk menggarap proyek tersebut. Sebelumnya, Blok Masela akan digarap oleh Inpex dan Shell, namun di tengah jalan Shell mundur.

"Cukup banyak, at least kita indikasikan ada 3 dan 4 gitu ya. Cuma kan masing-masing punya syarat sendiri-sendiri. Harus dikolaborasikan oleh Inpex," ungkap Dwi Soetjipto ditemui di sela-sela IOG 2022 pada Rabu (23/11/2022).

Dalam rapat kerja di Komisi VII, Rabu 16 November kemarin, Dwi Soetjipto pun sudah menjelaskan ada kemungkinan Pertamina dan Petronas akan bermitra untuk masuk ke pengembangan Blok Masela.

"Di saat yang sama Petronas juga tertarik untuk masuk, kalau memungkinkan bisa kerja sama dengan Pertamina dalam hal pergantian Shell ini. Ini perkembangan terakhir Shell," kata Dwi Soetjipto.

Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik

Di sisi lain, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan proyek pengembangan migas di Blok Masela mengalami keterlambatan. Menurutnya, untuk mempercepat pengembangan di Masela regulator hulu migas mesti memberikan insentif yang menarik bagi investor.

Airlangga menilai kebutuhan insentif baik fiskal maupun non fiskal perlu dibahas secara dalam antara pemangku kepentingan dan investor. Dia pun meminta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk mempertimbangkan sarannya tersebut.

"Kita melihat beberapa proyek termasuk misalnya proyek masela ini kelihatannya juga mengalami keterlambatan. Bila dipandang belum cukup mendorong pertumbuhan industri migas, tentu bisa dibuka kemungkinan untuk melihat apakah regulasi-regulasi yang ada cukup efektif dalam mendorong (investasi), bila belum efektif tentu perlu dilakukan revisi-revisi ke arah perbaikan," papar Airlangga dalam agenda yang sama pada Kamis (24/11/2022).

Menurutnya, peningkatan produksi migas di dalam negeri sudah menjadi target banyak pihak sejak bertahun-tahun yang lalu. Hanya saja, target lifting migas 1 juta barel minyak per hari tidak pernah tercapai. Malah saat ini produksinya terus menurun.

"Oleh karena itu perlu ada langkah-langkah yang harus dilakukan oleh SKK Migas agar situasi iklim investasi maupun insentifnya bisa lebih baik di samping itu juga mendorong transisi energi yang mengarah pada energi baru terbarukan," ungkap Airlangga.


Hide Ads