Gempa yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat bermagnitudo 5,6 pada Senin (21/11) lalu begitu membekas di benak korban. Termasuk bagi pegawai PLN Bernama Nurul Setyorini yang turut menjadi korban gempa Cianjur.
Meski diliputi ketakutan dan kekhawatiran, pegawai bagian Keuangan dan Umum PLN Cianjur ini harus tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat. Nurul bercerita dirinya sedang mengikuti rapat ketika ruang kerjanya di lantai 2 berguncang. Refleks, ia dan pegawai lainnya turun dan berkumpul di halaman.
Menurutnya, dinding kantor mengalami kerusakan dan beberapa kali terguncang. Sontak telepon genggamnya ramai dengan berbagai pesan dan panggilan masuk yang mencari tahu kondisi dirinya dan PLN Cianjur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sambil menjawab pesan-pesan itu, ibu satu anak ini segera menghubungi rumah untuk memastikan keadaan buah hatinya yang berusia 3 tahun.
"Alhamdulillah, anak saya selamat meski rumah rusak, plafon kamar belakang ambruk. Malam itu saya tidak pulang, tetap di kantor mendukung rekan-rekan teknik yang mulai melakukan pemulihan suplai listrik," ungkap Nurul dalam keterangan tertulis, Selasa (29/11/2022).
Bersama rekan PLN lain, Nurul pun menginap di kantor. Dirinya tidur di pos satpam, salah satu ruang yang dirasa aman dari dampak gempa. Malam harinya, Nurul dan insan PLN lainnya menemui tantangan untuk menyediakan makanan bagi ratusan petugas PLN di lapangan.
Belum pulihnya kota Cianjur membuatnya harus memutar otak. Beruntung, dukungan dari unit PLN sekitar datang.
"Saya berkoordinasi dengan PLN sekitar Cianjur. Malam itu kami mendapat dukungan personel dan suplai makanan dari PLN Cimahi. Selanjutnya, PLN Sukabumi, Gunung Putri, Bogor, Karawang, dan Bandung bergantian membantu penyediaan makanan bagi petugas," jelasnya.
Selain Nurul, dampak gempa juga dirasakan Hendi Maulana. Pria yang telah 18 tahun bekerja di PLN ini tengah melakukan peninjauan lapangan di daerah RSUD ketika gempa terjadi. Hendi menceritakan dirinya tim PDKB (Pekerjaan Dalam Kondisi Bertegangan) sedang melakukan pekerjaan pengamanan jumper.
"Alhamdulilah, personel sudah turun dari tiang saat gempa," ungkap Hendi.
Setelah memastikan pekerjaannya selesai, Hendi pulang dan bertemu anggota keluarga. Dirinya menceritakan bahwa tembok rumahnya bergeser dan atap bangunan rusak.
"Sore itu, saya bersama tetangga langsung membangun pengungsian sementara. Keluarga sementara tinggal di Bandung, hanya saya dan anak pertama yang tetap di Cianjur," paparnya.
Setelah memastikan keluarga aman, pria 39 tahun ini langsung bergabung kembali dengan tim PLN untuk pemulihan kelistrikan. Menurutnya, kontribusinya sangat dinantikan oleh pelanggan PLN saat itu.
"Saya ikut serta dalam penormalan listrik mengingat besarnya dampak gempa terhadap jaringan. Saya jarang melihat keadaan rumah karena fokus melakukan perbaikan tiang roboh terdampak gempa. Biasanya, saya menelepon anak untuk memastikan kondisinya dan rumah baik. Selama seminggu ini saya siaga di kantor," tambahnya.
Sebagaimana diketahui, bencana gempa ini meninggalkan duka dan kesedihan bagi seluruh korban. Namun, insan PLN mengetahui keberadaan pasokan listrik akan membantu meringankan beban. Untuk itu, pihaknya berupaya memulihkan infrastruktur kelistrikan yang terdampak meski tidak mudah. Namun dengan usaha bersama semua jadi terasa lebih ringan.
Kerja sama dan upaya petugas berbuah manis sebab 100 persen sistem kelistrikan yang terdampak gempa pada Selasa (22/11) pukul 23.05 WIB berhasil dipulihkan. Pasokan listrik ke 326.028 pelanggan kembali normal dalam waktu kurang dari 36 jam.
(ega/ega)