Penemuan sumber tambang logam rare earth atau tanah jarang menggegerkan negara-negara Eropa. Komoditas yang menjadi incaran negara-negara Eropa tersebut ternyata tersimpan di Indonesia.
Saat ini, Badan Geologi Kementerian ESDM tengah gencar mengeksplorasi potensi Logam Tanah Jarang (LTJ). Eksplorasi dilakukan untuk mengetahui potensi LTJ di area potensi laterit di luar Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP), sehingga nantinya dapat dipersiapkan WIUP mineral LTJ.
Pada 2022, Badan Geologi mengeksplorasi potensi LTJ di Mamuju, Sulawesi Barat dan Parmonangan, Sumatera Utara. Ekplorasi tersebut dilakukan dua tahap, yakni eksplorasi awal, meliputi pemetaan, georadar dan geomagnet, sumur atau parit uji, serta pengeboran.
Kemudian dilakukan eksplorasi detail melalui pengeboran yang lebih rapat dan uji ekstraksi, meliputi karakterisasi, konsentrasi, dan ekstraksi. Eksplorasi tersebut menghasilkan kadar total LTJ tertinggi di Mamuju sebesar 4.571 ppm dan Parmonangan sebesar 1.549 ppm.
"Selanjutnya ada beberapa usulan WIUP berupa LTJ, yang ini baru pertama kali di 2022, bahwa ada usulan lokasi di Mamuju dan Parmonangan dan beberapa rencana usulan WIUP LTJ sampai tahun 2024," ujar Plt. Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid, dikutip dari situs Kementerian ESDM, Minggu (5/2/"023).
Pada 2023, direncanakan eksplorasi awal dan eksplorasi detail potensi LTJ di Melawi, Sibolga, Mamuju, Papua, dan Bangka Belitung, serta usulan WIUP LTJ Mamuju dan Parmonangan. Kemudian pada 2024 direncanakan eksplorasi detail di Ketapang, Sibolga, Pegunungan Tiga Puluh, dan Papua.
Dilaporkan pula, sepanjang tahun 2022, Badan Geologi telah melakukan eksplorasi potensi LTJ di area Lumpur Sidoarjo dan menemukan potensi Lithium sebesar 86-92 ppm, potensi Stronsium sebesar 394-451 ppm, dan LTJ maksimal 111 ppm.
"Kemudian untuk potensi LTJ atau REE di area Lumpur Sidoarjo saya kira sudah disampaikan juga bahwa ada indikasi potensi baik itu Li, Sr, maupun REE dengan masing-masing ppm-nya. Kegiatan di tahun 2022 melanjutkan dari kegiatan penemuan di tahun 2020 pada lokasi yang berbeda," jelas Wafid.
Lalu, apa itu logam tanah jarang?
Melansir Booklet ESDM, logam tanah jarang merupakan kumpulan 17 unsur kimia yang terdiri dari 15 unsur pada kelompok lantanida yaitu lantanum (La) cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), prometium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), disprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), tiulium (Tm), ytterbium (Yb) dan lutetium (Lu). Ditambah 2 unsur lain yaitu yttrium (Y) dan scandium (Sc).
Logam tanah jarang sendiri dapat dimanfaatkan secara luas. Di antaranya dapat diaplikasikan menjadi magnet yang digunakan untuk motor listrik pada mobil hybrid, power steering elektrik, air conditioners, generator, hard disk drives. Kemudian, baterai NiMH pada baterai mobil hybrid dan baterai rechargeable. Lalu, auto catalysis pada gasoline and hybrids diesel fuel additive untuk peningkatan standar.
Hingga diaplikasikan menjadi powders gass additives untuk kaca optik kamera digital dan bahan fiber optik.
Indonesia sendiri memiliki data sumberdaya untuk beberapa mineral pembawa logam tanah jarang seperti monasit dan xenotime.
Selanjutnya, potensi logam tanah jarang di Indonesia yakni dari monazite dan xenotime yang berasal dari pengolahan bijih timah. Zirconium silicate dari pengolahan bijih timah dan emas, dan di dalam pasir zircon. Lalu, rare earth ferrotitanates yang merupakan residu hasul pengolahan bauksit menjadi alumina.
Berikutnya, bijih nikel laterit dari pengolahan bijih nikel laterit melalui proses hidrometalurgi. Lalu potensi lainnya dari batuan granit, abu batu bara, dan lain-lain.
Simak Video "Penemuan Bangkai Kapal Berisi Harta Karun Koin di Kolombia"
[Gambas:Video 20detik]
(acd/zlf)