Pasir silika atau kuarsa bakal menjadi komoditas primadona. Banyak perusahaan menyatakan minat untuk menambang pasir silika, termasuk perusahaan dari China.
Pasir silika ini bahkan disebut-sebut sebagai 'nikel berikutnya'. Komoditas ini merupakan komoditas penting untuk pembuatan panel surya.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan, Bangka Belitung merupakan wilayah yang memiliki pasir silika cukup banyak. Dia mengatakan, perusahaan China, Xinyi telah menyatakan minat untuk menambang pasir silika.
"Perusahaan dari Tiongkok ada namanya Xinyi yang menyatakan mereka adalah perusahaan yang memasok 40% dari panel surya global antara lain," katanya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (31/1/2023) lalu.
Perusahaan lokal juga berminat untuk menambang pasir silika. Perusahaan tersebut pun bahkan membentuk konsorsium.
"Beberapa perusahaan nasional juga sudah menyampaikan minat untuk melakukan itu bahkan beberapa berkonsorsium membentuk asosiasi sesama mereka," ujarnya.
Terkait perusahaan asal China, Ridwan mengatakan, dirinya telah bertemu 1 kali dan telah datang ke lokasi sebanyak 2 lokasi. "Sudah melihat calon lokasi, sudah menghitung-hitung juga dan akan kembali lagi setelah tanggal 6 Februari. Intinya kita jangan sampai ketinggalan dari pembangunan infrastruktur di negara lain," ujarnya.
Ridwan belum bisa memastikan berapa investasi yang akan digelontorkan perusahaan China ini. Namun seingatnya, perusahaan China tersebut akan investasi sebesar US$ 3 miliar atau sekitar Rp 45 triliun (kurs Rp 15.000).
"Angkanya saya tidak tahu hanya mereka menyatakan mereka pemasok 40% dari panel surya global. Rencana investasinya seingat saya US$ 3 miliar, tapi belum ada proposal tertulisnya aja, dalam diskusi-diskusi," ujarnya.
Berdasarkan data yang ia sajikan, total sumber daya pasir silika 25,33 miliar ton. Kemudian, total cadangannya sebesar 331 juta ton.
Cadangan pasir silika tersebar di beberapa wilayah yakni Sumatera 64 juta ton, Jawa 176 juta ton, Kalimantan 17 juta ton, dan Sulawesi 74 juta ton.
(acd/dna)