Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan, perusahaan sempat menghadapi kondisi sulit. Pada tahun 2021 menuju 2022, PLN dihadapkan oleh krisis energi primer, batu bara.
Pasokan batu bara kala itu sangat terbatas di tengah kenaikan harga yang tinggi. Bahkan, cadangan batu bara kala di pembangkit kala itu kurang dari 5 hari.
"Maka cadangan di pembangkit kami kurang dari 5 hari operasi untuk itu sistem kelistrikan sangat rentan," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI, Jakarta, Selasa (15/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menghadapi kondisi itu, pihaknya membangun sistem monitoring digital yang menyeluruh, dari hulu hingga hilir. Kemudian, menerapkan sistem peringatan dini (early warning system).
Baca juga: PLN Cetak Pendapatan Rp 455 T di 2022 |
Sistem digital itu juga terhubung dengan sistem di Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM.
Selanjutnya, pihaknya juga mengubah model pengawasan batu bara. Sebelumnya, pengawasan dilakukan saat batu bara di-unloading (bongkar) di pembangkit. Saat ini, pengawasan dilakukan saat loading (memuat).
"Alhamdulillah saat ini pasokan energi primer pembangkit PLN sangat kokoh, hari operasi cadangan batu bara rata-rata di atas 20 hari," kata Darmawan.
Selain itu, pihaknya mengubah kontrak-kontrak pasokan batu bara yang sebelumnya jangka pendek menjadi jangka panjang.
"Berbeda dengan sistem misalnya di Afrika Selatan mengalami pemadaman dan juga Pakistan yang juga sangat rentan, sistem kelistrikan di Indonesia saat ini kami menyatakan handal," jelasnya.
(acd/zlf)