Meramal Prospek Investasi Migas 2023, RI Masih Menarik?

Almadinah Putri Brilian - detikFinance
Selasa, 21 Feb 2023 11:47 WIB
Foto: Ilustrasi Migas (Fauzan Kamil/Infografis detikcom)
Jakarta -

Pakar Energi sekaligus Wakil Menteri ESDM Periode 2016-2019 Arcandra Tahar menyampaikan pandangannya terkait outlook oil and gas tahun 2023. Seperti dikutip dari akun instagram pribadinya, @arcandra.tahar, Selasa 21 Februari 2023, Arcandra mengungkapkan berbagai fakta yang terjadi di industri oil and gas saat ini dan ke depan.

Menurut Arcandra, setelah konflik Ukraina dan Rusia berlangsung hampir setahun dan pandemi Covid 19 terkendali dengan baik, harga minyak akan mencari titik kesetimbangan baru pada tahun 2023. Dari sisi demand, kebutuhan minyak dunia diproyeksikan akan meningkat sekitar 2 juta barrel per day (bpd) pada tahun 2023 ini.

Sebaliknya dari sisi supply juga tidak menunjukkan tanda-tanda akan kekurangan. Bahkan OPEC+ telah memangkas volume produksi bulan November 2022 sebanyak 2 juta bpd untuk menstabilkan harga minyak pada level $80-$90 per barrel.

Ditinjau dari sisi politik dunia, langkah OPEC+ memangkas produksi tahun lalu tidak sejalan dengan keinginan pemerintah Amerika Serikat (AS). Dengan berkurangnya supply, AS khawatir harga minyak akan tetap tinggi dan menyulitkan ekonomi AS yang sedang berjuang menurunkan inflasi.

"Namun, OPEC+ melihat kestabilan harga pada level $80-$90 per barrel jauh lebih utama daripada pertimbangan naiknya inflasi di hampir seluruh negara maju di dunia," jelas Arcandra.

Dalam analisisnya Arcandra menilai bahwa sistem kapitalis yang mengedepankan perdagangan bebas dan ditopang oleh hukum supply dan demand telah dimanfaatkan dengan baik oleh OPEC+. Sisi supply ternyata dapat mengontrol harga pada tahun lalu.

Bagaimana dengan tahun 2023? Apakah sisi demand dapat mengontrol harga? Buka halaman selanjutnya.




(dna/dna)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork