Iran menemukan cadangan lithium yang sangat besar di kawasan Hamedan, bagian barat laut Iran. Diprediksi total cadangannya mencapai 8,5 juta ton, terbanyak ke dua di dunia setelah Chili.
Pejabat Kementerian Perindustrian, Pertambangan dan Perdagangan Iran, Mohammad Hadi Ahmadi mengatakan, ini pertama kalinya Iran menemukan cadangan lithium. Komoditas ini merupakan kunci dalam membuat baterai untuk perangkat dan kendaraan listrik.
"Untuk pertama kalinya di Iran, cadangan lithium telah ditemukan di Hamedan," kata Ahmadi dalam sebuah siaran televisi Iran, dikutip dari CNBC, Selasa (9/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahmadi mengatakan, pihaknya yakin cadangan lithium yang tersimpan di dalamnya mencapai 8,5 juta ton. Jika angka yang diklaim akurat, Iran akan menjadi negara yang memiliki cadangan litium terbesar kedua di dunia setelah Chili, yang menampung 9,2 juta metrik ton logam, menurut Survei Geologi AS.
Lithium merupakan komponen penting dalam pembuatan baterai di kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan baterai-baterai yang dapat diisi ulang seperti yang digunakan di ponsel. Jika berita deposit lithium ini benar, maka komoditas ini dapat menjadi penyelamat ekonomi Iran.
Iran sendiri telah bertahun-tahun terisolir dari ekonomi global karena dibebankan oleh sanksi internasional, sebagai imbas dari dugaan negara ini memasok senjata untuk Rusia dalam perangnya melawan Ukraina. Pemerintah Iran juga telah menghabiskan hampir enam bulan menindak keras hak-hak perempuan dan pengunjuk rasa anti-pemerintah.
Sementara itu, harga logam meroket pada tahun lalu karena peningkatan permintaan untuk suku cadang kendaraan listrik, masalah rantai pasokan global, dan inflasi. Namun, baru-baru ini harganya sempat turun, mengalami koreksi di tengah penurunan penjualan EV dan aktivitas bisnis yang lambat di China, negara dengan pertumbuhan pasar mobil listrik tercepat.
"Selama 9-12 bulan ke depan, kami secara progresif lebih konstruktif pada logam dasar, sambil mengharapkan pergerakan harga lithium yang lebih rendah bersama kobalt dan nikel," ujar Analis Goldman Sachs dalam sebuah laporan di akhir Februari lalu.
Dalam dua tahun ke depan, Goldman memperkirakan pasokan litium tumbuh rata-rata sebesar 34% dari tahun ke tahun, dipimpin oleh Australia dan China, yang memiliki beberapa pasokan logam terbesar di dunia.
"Oleh karena itu, sementara pemulihan penjualan EV ke kuartal II s.d kuartal III untuk sementara dapat mengangkat sentimen dan mendukung penurunan harga logam baterai, kemungkinan lonjakan pasokan dan kelebihan kapasitas hilir akan menurunkan harga lithium selanjutnya dalam jangka menengah," lanjut laporan tersebut.
Lihat juga Video 'Di Tengah Aktivitas Nuklir, Pabrik Militer Iran Diserang Drone!':