Pada awal bulan Maret ini, perusahaan energi asal Amerika Serikat (AS) Air Products, hengkang dari proyek hilirisasi batu bara di tanah air. Hingga kini, belum ada perusahaan yang menggantikan posisinya sehingga proyek hilirisasi batu bara tersendat.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Investasi, Triharyo Soesilo mengatakan hingga saat ini belum ada perusahaan baru yang menggantikan posisi Air Products.
"Penggantinya Air Products belum ada, silakan kalo ada yang berminat," kata Triharyo saat ditemui di Menara Danareksa, Jakarta Pusat, Kamis (30/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, Triharyo mengatakan sejumlah perusahaan asal China tertari untuk masuk menggantikan Air Product menggarap proyek batu bara milik PT Bukit Asam (PTBA) tersebut. Bahkan, jumlahnya lebih dari satu.
Menurutnya, bukan masalah apabila China yang pada akhirnya menggarap proyek tersebut. Pasalnya, negeri tirai bambu itu memiliki jam terbang yang tinggi dalam hilirisasi batu bara, khususnya dimethyl ether (DME).
"Dari China ada masuk, banyak yang pingin berminat. Silakan PTBA cari, kan DME terbesar di China, 12 juta ton produksi. Dia sudah pengalaman, biasa sih pengalaman pembangunan. Nggak ada salahnya kan belajar dari yang sudah pengalaman," ujarnya.
Menyangkut hal ini, Triharyo mengatakan pihaknya tidak mematok tenggat waktu bagi PTBA dalam mencari mitra pengganti Air Products. Hanya saja, tetap perlu diutamakan mengingat Izin Usaha Pertambangan (IUP)-nya bisa saja dicabut bila tak kunjung menemukan mitra.
Sebagai tambahan informasi, proyek hilirisasi batubara, dalam hal ini DME menjadi salah satu prioritas pemerintah saat ini. Hal ini selaras dengan rencana pemerintah mengganti Liquified Petroleum Gas (LPG) di rumah tangga rencananya akan diganti oleh DME.
Pemerintah menargetkan proyek ini dapat beroperasi pada 2027 mendatang, dengan produksi DME hingga 1,4 juta ton per tahunnya. Proyek pengembangan DME diharapkan bisa menekan impor LPG sebesar 1 juta ton per tahun.
"Kemajuan proyek gasifikasi batu bara to DME PT Bukit Asam (PTBA) ditargetkan akan memproduksi DME 1,4 juta ton per tahun dengan inputan batu bara 6 juta ton per tahun. Target COD (Commercial Operation Date) kuartal IV tahun 2027," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif saat rapat dengan Komisi VII di DPR RI, Senin (21/11/2022).
"Menambah investasi US$ 2,1 miliar, akan ada hemat devisa LPG impor sebesar Rp 9,14 triliun per tahun dan menyerap tenaga kerja 10.600 konstruksi dan 8.000 tahap operasi," tambahnya.
Adapun skema bisnisnya, PT Bukit Asam menjual batu bara menjual ke processing company di mana perusahaan-perusahaan saham Air Products. Namun dengan hengkangnya perusahaan ini, proyek pun menjadi tersendat.
Alasan dari hengkangnya perusahaan tersebut ialah karena mereka merasa bisnis di AS lebih menarik.
Air Products cabut dari proyek hilirisasi baik yang kerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk, maupun dengan PT Kaltim Prima Coal (KPC).
"Air Products kemarin karena dia tuh merasa di Amerika lebih menarik bisnisnya, dia ke sana. Di Amerika dengan adanya subsidi untuk energi baru terbarukan jadi ada proyek yang lebih menarik lah, hidrogen. Amerika lagi mendorong pemakaian itu," terang Arifin di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (17/3/2023).
Lihat juga Video: Tambang Batu Bara di Kolombia Meledak, 21 Orang Tewas